BALI—–Jasa Marga memperkenalkan alternatif skema pendanaan kepada para calon investor dalam ajang International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings 2018. Acara bertajuk “Creative & Inovative Financing Forum” ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada Rabu (10/10).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman, yang membuka acara, mengatakan kebutuhan infrastruktur, atau yang lebih dikenal dengan infrastructure gap, saat ini sangat besar.
“Penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih didominasi oleh pembiayaan yang konvensional. Selain itu, pembiayaan yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga sangat terbatas. Inilah kenapa kita harus mencari sumber pembiayaan lainnya, bagaimana Indonesia dapat menerapkan alternatif pendanaan , ” papar dia.
Direktur Keuangan Jasa Marga, Donny Arsal, turut menjadi panelis dalam kegiatan tersebut menyebut, sejak 2017, Jasa Marga sebagai BUMN yang menjalani bisnis utama sebagai pengembang dan operator jalan tol menerbitkan alternatif pendanaan.
Karakteristik bisnis jalan tol yang unik, saat ini telah memiliki paradigma berbeda sehingga patut dipasarkan kepada publik, terutama bagi para calon investor. Mengusung tema “Prioritas Dalam Mendukung”, Donny menjelaskan, lingkungan bisnis di industri jalan tol yang kondusif.
Sebagai contohnya, sistematika pembebasan tanah yang sudah semakin baik serta dukungan Pemerintah melalui kebijakan/regulasi menjadi faktor kunci Jasa Marga dalam menerapkan skema alternatif pendanaan.
“Momen seperti ini penting bagi BUMN, khususnya Jasa Marga, untuk mendapatkan dukungan Pemerintah, baik dari segi regulasi maupun dukungan yang akan diberikan oleh Pemerintah sehingga kita dapat menyelesaikan proyek jalan tol sesuai dengan yang diharapkan,” kata dia.
Seluruh ruas jalan tol baru Jasa Marga merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), dimana dalam proses pembangunannya akan dimonitor langsung oleh Pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan infrastruktur. Selain itu, proyek-proyek Jasa Marga juga layak secara komersial.
“Ini tentu saja memberikan kepastian tingkat pengembalian (return) yang menarik bagi investor. Sebagai contohnya, proyek-proyek jalan tol di Jabotabek dan Trans Jawa yang terhubung dengan jalan tol Jasa Marga yang sudah sejak lama dioperasikan dengan lalu lintas yang sudah matang,” tambah Donny.
Faktor pendukung lainnya adalah kontrak jangka panjang berupa konsesi jalan tol selama kurang lebih 35-50 tahun untuk masing-masing proyek. Hal ini juga didukung kenaikan tarif tiap dua tahun sekali sesuai dengan Undang-Undang Jalan.
“Hal menarik lainnya yang juga membuat situasi makin kondusif, saat ini Jasa Marga telah menerapkan transaksi 100% non tunai sehingga transaksi menjadi lebih cepat dan efektif untuk mengurangi kepadatan lalu lintas,” tutup Donny.
Ini merupakan kali kedua Donny menjadi panelis dalam rangkaian kegiatan IMF-WBG AM 2018. Sebelumnya, Donny juga menjadi panelis dalam acara yang diselenggarakan oleh Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bertajuk “Indonesia Investment Forum” pada hari Selasa (09/10) di Kawasan Nusa Dua, Bali.
Hingga September 2018, Jasa Marga telah meluncurkan empat inovasi alternatif skema pendanaan yang pertama kali dilakukan di Indonesia, yaitu Sekuritisasi Pendapatan Jalan Tol Jagorawi, Project Bond PT Marga Lingkar Jakarta untuk Jalan Tol JORR W2 Utara, Komodo Bond (Global Bond berdenominasi rupiah) serta Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).