
Peluang News, Jakarta-Minyak kelapa sawit terus menjadi andalan ekspor dan tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional. Menyadari besarnya potensi ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar mendorong hilirisasi sawit melalui pengembangan produk bernilai tambah tinggi seperti pangan olahan, kosmetik, bioenergi, hingga produk turunan lainnya.
Salah satu daerah yang masuk dalam radar pengembangan hilirisasi ini adalah Sulawesi Selatan. Provinsi ini memiliki potensi besar dengan total luas perkebunan sawit mencapai 44.014 hektare, terdiri dari Perkebunan Negara (17.527 Ha), Perkebunan Swasta (841 Ha), dan Perkebunan Rakyat (25.646 Ha). Pada 2024, total produksi crude palm oil (CPO) di wilayah ini tercatat sebesar 112.377 ton.
“Potensi besar yang dimiliki daerah seperti Sulawesi Selatan menjadi bagian penting dalam transformasi industri sawit yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (3/5).
Sebagai bentuk komitmen konkret, unit pelaksana teknis Kemenperin, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim (BBSPJIHPMM) Makassar menggelar lokakarya peningkatan kapasitas UMKM selama tiga hari, 22–24 April 2025. Workshop ini bertujuan membekali masyarakat dan pelaku UMKM dengan keterampilan mengolah minyak kelapa sawit menjadi produk cokelat inovatif yang memiliki nilai tambah tinggi.
“Melalui inovasi seperti pembuatan cokelat berbasis minyak sawit, kami harap UMKM bisa membuka peluang pasar baru dan meningkatkan daya saing,” jelas Andi Rizaldi.
Kegiatan ini melibatkan kolaborasi antara BBSPJIHPMM Makassar, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Perjuangan. Sebanyak 30 peserta dari masyarakat dan pelaku UMKM terlibat aktif dalam pelatihan.
Kepala BBSPJIHPMM Makassar, Shinta Virdhian, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari strategi nasional hilirisasi sawit. “Kami berkomitmen memberikan dukungan teknologi dan pelatihan agar UMKM bisa berdaya saing secara global,” ujarnya.
Selain materi teknis dan praktik pembuatan cokelat, peserta juga menerima sertifikat kompetensi sebagai pengakuan atas keahlian yang telah mereka kuasai. Sertifikat ini diharapkan menjadi bekal dalam pengembangan usaha berbasis sawit di masa depan.
“Ini adalah wujud nyata sinergi antara pelaksana teknis, penyedia dana, dan asosiasi petani untuk memberdayakan komunitas sawit secara berkelanjutan,” tambah Shinta.
Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS, Anwar Saddat, menambahkan bahwa pelatihan ini memungkinkan masyarakat merasakan langsung manfaat dana pengembangan sawit dalam bentuk keterampilan praktis dan peluang usaha baru. Hal senada disampaikan Sekjen DPP APKASINDO Perjuangan, A. Sulaiman H Andi Loeloe, yang mengapresiasi antusiasme peserta.
“Cokelat dari minyak sawit ini adalah solusi kreatif yang membuka potensi industri hilir dan memperkuat ekonomi petani sawit,” ujarnya.
Kemenperin optimistis, pengembangan produk turunan sawit seperti ini dapat memperluas pasar domestik dan ekspor, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Melalui program-program pemberdayaan seperti ini, sawit bukan lagi sekadar bahan mentah, tetapi sumber inovasi yang menjanjikan masa depan ekonomi berkelanjutan bagi daerah.