BADUNG—-Dinamika perekonomian di Amerika Serikat mendorong pelemahan rupiah semakin mendalam. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor mencapai Rp15.193. Dengan demikian kondisi ini merupakan pelemahan yang paling mendalam.
Demikian antara lain diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani di tengah acara Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018). Menurut dia data di AS, dipicu oleh yield 10 tahun bond mereka yang meningkat luar biasa tajam,di atas 3,4 persen.
“Dinamika ekonomi di AS masih sangat mendominasi dan pergerakan cepat,” ujar Sri Mulyani.
Padahal kata dia, dulu ambang batas psikologis untuk yield atau imbal hasil bond AS 10 tahun adalah tiga persen. Pada saat mendekati tiga persen ini, muncul reaksi terhadap seluruh nilai tukar dan suka bunga internasional. Terlebih saat ini sudah di atas tiga persen.
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah dan instansi terkait harus melakukan penyesuaian, baik di dalam strategi pembangunan supaya lebih stabil atau lebih berdaya tahan, dan penyesuaian itu juga dalam bentuk nilai tukar yang lebih fleksibel.
Sejauh ini, sebagian besar pihak telah memperkirakan bahwa Federal Reserve atau The Fed masih akan menaikkan suku bunga mereka beberapa kali lagi hingga tahun depan.
