BANDUNG—Suatu hari di tahun 2016 di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung, seorang anak kecil menikmati siomay yang lewat di depan rumahnya. Sang Ibu menuruti kehendak anaknya. Namun dia mencium aroma yang tidak sedap dari siomay yang dibeli anaknya. Ibu itu menjadi khawatir bahwa jajanan anaknya tidak sehat.
Kejadin itu membuat Ibu rumah tangga yang bernama Dian Rahayu terinspirasi untuk membuat siomay. Dia mencari resep membuat siomay di internet dan kemudian mempraktikkannya.
“Nggak disangka ternyata anak-anak dan suami saya suka siomay buatan saya. Katanya sih enak banget. Lalu suami saya nyeletuk open order aja siomaynya, siapa tahu banyak yang pesen,” ujar Dian meniukan usul suaminya.
Saat itu memang alumni Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini mencari ide untuk berbisnis, tapi masih bingung apa yang mau dijual. Sang Suami kemudian mendorongnya terjun ke bisnis kuliner dan dia juga pertama kali memposting gambar siomay di Facebook. Dian juga mengikuti pelatihan Reparasi Bisnis yang diadakan sebuah lembaga.
Modal awalnya hanya Rp300 ribu. Dari jumlah itu, perempuan kelahiran 27 Maret 1980 itu mampu membuat 100 buah siomay. Sebagian di antaranya dibagikan sebagai tester. Sisanya kemudian dipasarkan melalui gambar di Facebook dan BBM. Ternyata upanya mendapatkan sambutan dan dia mendapatkan banyak pesanan. Bulan pertama dipasarkan Dian meraup omzet Rp4 juta. Peminatnya kebanyakan datang dari kalangan muda, pecinta kuliner dan aktif di medsos.
Dia kemudian menggunakan brand Siomay Edun, gabungan nama suaminya Eddy Yusuf dan Dian Rahayu, tapi artinya dalam bahasa Sunda (rasanya) edan. Dian membuat siomay hanya 200 buah per hari (20 pak) untuk mempertahankan kualitas. Siomay Edun dibandroll antara Rp25 hingga Rp30 ribu per pak (10 buah). Hingga saat ini Siomay Edun hanya mempunyai seorang karyawan.
Perkembangan bisnis kuliner online ini mengalami pasang surut. Dian menyebutkan, banyak kendala juga yang dihadapi, seperti harga bahan baku yang melambung tinggi. “Dari omzet yang didapat, 90% saya putar lagi untuk bahan baku dan biaya operasional,” katanya.
Siomay Edun menwarkan berbagai keunggulan, seperti tidak menggunakan MSG (vetsin), tanpa menggunakan pengawet. Bahan baku utamanya campuran daging ayam dan udang. “Daging ayamnya saya giling sendiri dan tidak digiling di pasar,” imbuh Dian lagi.
Bumbu Siomay Edun racikan sendiri. Dian menjamin siomay buatannya mampu bertahan 2 hingga 3 hari di suhu ruangan dan tiga bulan di freezer.
“Cita cita ke depan sederhana, saya hanya ingin siomay edun ini bisa semakin tersebar luas pemasarannya. Supaya bisa membantu membuka lapangan pekerjaan buat orang orang di sekitar saya,” tutupnya (Irvan Sjafari).