Peluang News, Jakarta – Di tengah ketidakpastian dan tantangan global, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Ferry Irawan memastikan, pemerintah akan terus mengoptimalkan ketahanan ekonomi nasional di Indonesia.
“Apalagi, berbagai indikator ekonomi menunjukkan bahwa langkah-langkah strategis yang telah diambil berhasil memberikan fondasi kuat bagi perekonomian nasional,” kata Ferry di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Ia menjelaskan, salah satu indikator yang mencerminkan stabilitas ekonomi tersebut adalah kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
“Yang pada kuartal I-2024, NPI menunjukkan perbaikan signifikan. Dari defisit 6 miliar dolar AS pada kuartal I-2024 kini menjadi defisit lebih rendah yakni 0,6 miliar dolar Amerika Serikat,” jelas Ferry.
“Neraca perdagangan barang yang konsisten mencatat surplus selama 51 bulan sejak Mei 2020 berturut-turut juga menjadi bukti nyata ketahanan daya serap produk-produk ekspor Indonesia di tengah pelemahan ekonomi global,” sambungnya.
“Untuk itu, ia menyatakan, pemerintah akan terus memperkuat sektor-sektor dengan nilai tambah tinggi dan tidak bergantung pada fluktuasi harga komoditas global.
Lebih lanjut, ia memaparkan sejumlah contoh sektor yang bernilai tambah tinggi, yaitu sektor industri manufaktur berbasis teknologi tinggi, seperti industri otomotif, elektronika, dan hilirisasi industri.
Untuk beberapa sektor tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi untuk mengatur pemberian insentif fiskal, pelarangan ekspor barang mentah, pengembangan pusat riset dan inovasi, serta pemanfaatan berbagai kerja sama internasional.
Selain itu, perbaikan NPI juga didorong oleh surplus pada transaksi modal dan finansial yang mampu mengimbangi defisit transaksi berjalan.
Bahkan, transaksi modal dan finansial yang mencatatkan surplus sebesar 2,7 miliar dolar AS di kuartal II-2024 yang mencerminkan kepercayaan investor asing pada pasar keuangan dan sektor riil domestik.
Sementara defisit transaksi berjalan tidak selalu mengindikasikan kondisi buruk bagi perekonomian nasional, terutama dalam konteks pembangunan negara berkembang seperti Indonesia.
Defisit transaksi berjalan sebesar 3,0 miliar dolar AS atau setara 0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2024 terjadi di tengah upaya pemerintah untuk terus mendorong investasi dan memperkuat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Di samping itu, peningkatan defisit neraca jasa sebesar 5,2 miliar dolar AS pada kuartal II-2024 salah satunya disebabkan oleh sektor perjalanan, terutama pada faktor musiman dari pelaksanaan ibadah haji yang bersifat sementara.
Oleh sebab itu, ia menegaskan, pemerintah akan terus mengintensifkan langkah-langkah untuk mendorong peningkatan ekspor jasa melalui penguatan kebijakan struktural.
Adapun pengembangan yang dilakukan tersebut akan berfokus pada sektor jasa berdaya saing tinggi dan peningkatan investasi di sektor-sektor strategis, seperti teknologi dan layanan keuangan.