BANDUNG—-Nuansa sejarah sejarah langsung terasa di mata, ketika saya memasuki halaman Gedung Museum Sejarah Kota Bandung yang terletak di Jalan Aceh, tak jauh dari perempatan Jalan Merdeka, Selasa (6/11/2018). Patung Dewi Sartika dan tokoh pergerakan perempuan Bandung Emma Poeradiredja tampak mencolok di depan bangunan museum yang memanjang.
Memasuki bagian dalam tampak kemegahan hingga lagit-lagit. Pada sisi kiri ketika masuk terdapat Ilustrasi kronologis sejarah Kota Bandung mulai berdirinya kota Bandung pada 25 September 1810, sejak 7 Agustus 1864 ketika Bandung menjadi ibu kota Kresidenan priangan, pembukaan jalur kereta api dari Cianjur dan berdirinya Stasiun Kereta Api Bandung pada 17 Mei 1884, hingga Konferensi Asia Afrika .
Museum Sejarah Kota Bandung baru diresmikan oleh Wali Kota Bandung Oded M Danial pada 31 Oktober 2018 lalu. Hingga saat saya berkunjung bangunan museum ini baru hadir sebagian saja. Hanya berisi dua ruangan, yang memberikan informasi tentang sejarah Kota Bandung mulai dari zaman kerajaan Mataram hingga akhirnya menjadi sebuah kota. Di salah satu sudut terdapat wajah wali kota Bandung sejak masa Hindia Belanda hingga Oded M Danial.
Gedung itu dulunya eks Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah di Kota Bandung. Menurut sejarahnya, bangunan ini dulunya berfungsi sebagai Sekolah Taman Kanak-Kanak (Frabelschool) yang didirikan oleh Loge Sint Jan, kelompok Vrimerselarij (Freemasonry) Bandung berdiri pada 1920.
Sekretaris Pelesterian Budaya Bandung Koko Komara memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Bandung mengembalikan gedung ini kembali menjadi bangunan bersejarah dalam bentuk museum sejarah Kota Bandung. Dia menyebut bangunan itu bergaya arsitektur Art Deco.
“Apa pun yang bertujuan untuk melestarikan bangunan bersejarah kita dukung. Dulu bangunan ini sempat diubah ketika jadi Dinas Pemuda dan Olahraga, kini dikembalikan lagi. Saya memberi saran agar gedung ini tidak hanya memberikan sejarah kota Bandung, tetapi juga memberikan detail lengkap sejarah bangunannya itu sendiri,” tutur Koko kepada Peluang, Rabu (7/10/2018)
Wakil Ketua Tim Kerja Pendirian Museum Kota Bandung Nia Anthony mengakui bahwa pembangunan museum ini baru sebagian, karena masih membutuhkan dana besar. Impiannya pada bagian belakang ada bangunan lantai tiga yang tidak saja bekaitan dengan sejarah kota Bandung, tetapi juga fashion, industri,perkebunan, gaya hidup dan sebagainya.
Dia membenarkan bahwa bangunan ini direstorasi dan dikonservasi sesuai aslinya ketika menjadi Taman Kanak-kanak, setelah sempat dirombak menjadi Bangunan Dinas Pemuda dan Olahraga. Konservasinya saja masih belum sempurna, karena metodologinya.
Bagian interior lobi museum-Foto: Ayobandung,
“Kami dibantu pihak ketiga, karena masih ada kendala dengan Dana APBD Kota Bandung,” kata alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran ini dihubungi dalam kesempatan terpisah, Rabu (7/11/2018), seraya mengatakan sejumlah pihak ketiga siap memberikan sumbangan peninggalan bersejarah untuk museum ini (Irvan Sjafari).