Majalah Peluang Edisi 172 Bulan Juli 2024 yang terbit pada 9 Juli 2024 hadir dengan cover story berjudul “Koperasi Kana, Kibarkan Produk Lokal di Pasar Global”, dan fokus bertajuk “Negara Perlu Cawe-cawe Besarkan Koperasi” oleh Dr. Ferry Juliantono politikus dari Partai Gerindra.
Catatan Editorial
Bumi Pertiwi
Atlantis, Aztlan, El Dorado, tiga nama kota antah berantah di seberang laut, mungkin tak terlalu mengusik. Tapi agak beda efeknya ketika ketiganya disandingkan dengan empat nama kota ‘populer’ di Indonesia: Saranjana, Wentira, Padang 12, dan Alas Purwo. Oops. Jangan coba cari di atlas dan Google. Sebab, ketujuh nama itu menyejarah via jalur arkian: dari konon ke konon.
Atlantis atau Atlantika adalah tempat legendaris yang pertama kali disebut filsuf Plato di dalam buku Timaeus dan Kritias. Kota Atlantis dikabarkan hilang pada 360 SM. Realkah? Jangan-jangan itu cuma karangan Plato. Kota Aztlan dipercaya sebagai ‘Atlantis’-nya Amerika Utara. Punya peradaban kuat dan jadi tempat tinggal Suku Aztec. Selanjutnya El Dorado. Pertama kali dilaporkan di Eropa pada abad ke-16 dan 17. Konon berada di Amerika Selatan, sehingga mengundang para pemburu harta karun.
Paralel dengan itu, terasa abash mempergunjingkan empat kota ilusional di Tanah Air. Tak ada urusannya dengan percaya atau tidak percaya. Konon pula bukti empiris ilmiah sebagai pertanggungjawaban factual statement.
Pertama, Saranjana. Kota gaib ini cukup populer. TKP-nya konon di Pulau Halimun atau Pulau Laut, ibu kota Kabupaten Kotabaru. Menurut kisah warga di sana, Saranjana itu kota dengan peradaban maju. Terdapat banyak gedung tinggi, benda-benda berteknologi canggih dan kendaraan mewah bersliweran. Penduduknya memiliki paras nan rupawan.
Kedua, Wentira. Sama seperti Saranjana, kota ini juga dipercaya memiliki bangunan-bangunan megah. Berlokasi di kawasan hutan belantara di antara Kota Palu dan Kabupaten Mutong, Sulteng. Untuk dapat masuk ke kota ini, pengunjung harus memasuki banyak gerbang gaib. Wentira disebut-sebut sebagai warisan Benua Atlantis yang telah lama lenyap ditelan bumi.
Ketiga, Padang 12, di Ketapang, Kalbar. Konon, kota ini disebut sangat megah dengan peradaban supermodern. Dinamakan Padang 12 karena di kota ini terhampar padang rumput sepanjang 12 kilometer. Menurut kabar burung, anggota suku Limun (warga asli) kerap bertransaksi dengan penduduk, mereka gunakan kunyit yang dapat berubah menjadi sebongkah emas.
Baca tulisan selengkapnya hanya di Majalah Peluang Edisi 172 Bulan Juli 2024.