Peluang News, Jakarta – Direktur Pengembangan Big Data INDEF, Eko Listiyanto, menyebut emas sebagai safe haven utama pilihan investor di tengah ketidakpastian global. Alasannya, emas lebih mudah diakses dan lebih familiar dibandingkan aset safe haven lainnya seperti mata uang asing.
“Emas sejak dulu dikenal sebagai instrumen yang mudah ‘dicerna’ dalam konteks investasi, terutama bagi investor ritel kelas menengah yang memiliki dana cadangan,” kata Eko dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis.
Di tengah perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump, Eko mencatat bahwa investor global mulai beralih tak hanya ke emas, tetapi juga ke mata uang non-dolar seperti euro, franc Swiss, dan yen Jepang. Ketegangan global ini turut mengguncang pasar saham AS dan menekan indeks dolar AS di bawah level 100.
“Investor melihat risiko ekonomi AS meningkat, sehingga mereka menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk obligasi jangka pendek. Ini mencerminkan bahwa aset AS tak lagi selalu menjadi pusat perhatian,” ujar Eko.
Ia menilai pilihan investor untuk tidak memindahkan dana ke dolar AS atau obligasi AS sebagai langkah rasional, mengingat risiko kebijakan tarif yang diambil Trump. Di sisi lain, investasi dalam valas tetap perlu perhitungan matang karena sifatnya sangat fluktuatif.
“Kalau untuk kebutuhan jangka menengah dan tidak mendesak, emas masih jadi pilihan yang aman. Tapi untuk instrumen likuid seperti valas, investor harus berhitung risiko secara cermat,” tambahnya.
Senada dengan Eko, Ekonom Senior INDEF Iman Sugema juga tidak merekomendasikan investasi di mata uang asing di tengah situasi global yang mudah berubah.
“Dalam kondisi seperti ini, kita sebaiknya kembali ke fundamental. Kalau tidak terlalu butuh bermain di pasar uang, lebih baik pilih aset yang stabil dan tidak terlalu volatil,” ujar Iman. (Aji)
