Peluang News, Jakarta – Perkembangan teknologi yang sangat cepat menuntut stakeholders untuk tanggap dan menyesuaikan diri.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), misalnya, tengah mengembangkan proyek percontohan (pilot project) berbasis teknologi blockchain untuk memastikan transparansi dan keamanan dalam transaksi bisnis serta rantai pasokan.
“Kami berkomitmen untuk mengeksplorasi Web3 dan mengembangkan solusi berbasis blockchain dengan membentuk tim sertifikasi khusus,” kata Head of Digital Banking Development Department BRI Nitia Rahmi dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (28/9/2024).
Upaya tersebut, lanjut Nitia, juga bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur digital dan kemampuan inovasi perseroan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan teknologi.
Deputi Direktur Pengembangan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Satrio Nugroho mengakui bahwa terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangan sistem blockchain, yakni inovasi, perlindungan pelanggan, dan tata kelola.
“OJK sedang merancang regulasi untuk mendukung pengembangan teknologi blockchain sekaligus menjaga tata kelola yang baik,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom senior Bank Indonesia Akhmad Ginulur Pangersa menyoroti pentingnya keseimbangan antara inovasi dan regulasi dalam pengembangan ekosistem keuangan digital.
“Menemukan keseimbangan yang tepat antara inovasi dan regulasi sangat krusial bagi pengembangan ekosistem aset digital,” kata dia.
Penggunaan teknologi blockchain sebagai salah satu tren terbaru di sektor keuangan digital, berkat meningkatnya tokenisasi serta transaksi aset kripto yang telah terlebih dahulu mengadopsi teknologi tersebut.
Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia (ABI – ASPAKRINDO) pun menggelar Indonesia Blockchain Conference 2024 untuk memperluas jaringan internasional dan memperkuat kemitraan lintas negara dalam mengatasi tantangan dalam ekosistem blockchain dan aset kripto.
Acara itu melibatkan sejumlah pembicara dari Bank Indonesia, BRI, OJK, McKinsey & Company, Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, dan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), serta dihadiri oleh 300 peserta dari Singapura, Malaysia, Hong Kong, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.
Ketua ABI – ASPAKRINDO, Robby berharap hasil diskusi dalam konferensi tersebut dapat mempercepat pengembangan ekosistem digital di Indonesia.
“Hasil diskusi di acara IBC ini diharapkan dapat menarik minat investor untuk mendukung pertumbuhan startup dan proyek berbasis blockchain, sehingga dapat mempercepat kemajuan serta memperkuat pengembangan ekosistem digital,” tambahnya. []