hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Profil  

Melukis Ternate di selembar Batik Tubo

Putus kuliah,  mencoba berbagai usaha mulai dari ternak kambing, ayam, jualan gordyn keliling, keramik hingga jualan sate, mengasah mental Kustalani Syakir untuk menjadi wirausaha tahan banting.  Peruntungannya justru singgah di bisnis kain batik berbasis nuansa lokal, Tubo.

Minggu, 19 Desember 2010  menjadi hari paling berkesan bagi Kustalani Syakur. Setelah tiga hari mengikuti pameran Bank Indonesia Expo yang digelar di Jatiland Mal Ternate, akhirnya ada juga pengunjung yang mau membeli barang dagangannya, Batik Tubo. Kendati hanya terjual selembar kain batik, namun bagi Kustalani peristiwa itu menadai langkah besarnya untuk siap menapak bisnis baru. Nama Batik Tubo di Ternate, Maluku Utara  kala itu masih asing ditelinga. Apalagi jika mendengar nama batik, ingatan kita lalu melayang ke wilayah Jawa.  Namun sejatinya batik adalah identitas yang diwariskan oleh para leluhur negeri ini dan tersebar di berbagai kepulauan di tanah air.  Maka selain, batik Jawa yang sudah lebih dulu kondang, kita juga mengenal batik Jambi, Lampung, Banten, Cirebon, hingga batik Bali dan Kalimantan. Belajar dari warisan sejarah itulah Kustalani merasa terpanggil  untuk mengenalkan Maluku Utara di atas selembar kain batik yang dia beri nama Tubo.  Pemberian nama Batik  Tubo merujuk pada sejarah terbentuknya kota ternate yang dulunya disebut Pulau Gapi. Pulau yang sudah ramai sejak  abad ke 13 ini  dihuni oleh masyarakat yang berasal dari empat kampung, salah satunya adalah Tubo, yang mendiami kawasan puncak atau lereng sebelah utara pulau ternate.

Mengaku belajar desain batik secara otodidak melalui berbagai referensi buku dan internet, Kustalani memulai usahanya pada 2008. Tidak cukup sekadar membaca referensi, dan ingin menciptakan batik yang bisa membanggakan Maluku Utara pria kelahiran Ternate, 13 Juni 1979 ini pun mondok ke kota-kota batik di Jawa, yaitu Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Hasilnya, pada November 2009, lahirlah Batik Tubo dengan motif spesifik cengkeh, pala, kelapa, ikan dan karang. Semuanya melambangkan kekayaan dan hasil bumi Maluku Utara.

Dua tahun berselang sejak ide itu dicetuskan, Kustalani memberanikan diri untuk ikut pameran di Bank Indonesia Expo, kala itu kain batiknya hanya terjual selembar saja, namun ia tetap puas karena orang sudah mengenal Tubo. “Walaupun hanya satu potong batik yang terjual pada expo tersebut, tapi kami merasa sangat bangga karena desain yang kami tuangkan pada mori ternyata dapat di beli orang.  Ini memotivasi kami untuk terus berinovasi ke depan,”  ujarnya.

DEDIKASI TOTAL

Mengangkat sejarah kampung Tubo yang diabadikan melalui kain batik, bagi Kustalani bukan sekadar bisnis yang hanya mengikuti tren pasar. Lebih dari itu, Ketua Forum Industri Kecil Menengah dan Ekonomi Kreatif Kota Ternate ini ingin menunjukkan  bahwa Ternate juga punya sesuatu yang patut dibanggakan. Lantaran itu ia menekuni secara total berbagai proses dan inovasi dalam pembuatan Batik Tubo.  Upayanya tidak sia-sia, sejak mulai berproduksi pada 2009 hingga kini Kustalani telah menciptakan 41  motif Batik Tubo beragam bentuk dan warna, namun tetap ada cengkeh dan buah pala di setiap desainnya. Ragam  motifnya yang menarik antara lain, motif  kembang cengkeh (2011), tari lenso (2013),  burung bidadari (2013) dan ikan cakalang (2016)  serta puluhan motif indah lainnya dengan harga yang relatif terjangkau.

Berangkat dari konstensi berproduksi itu, usaha Kustalani yang juga didaulat jadi Presiden Komunitas Pemuda Orientasi Pencinta Entrepreneur daerah maluku utara, terus berkembang. Batik Tubo mulai merambah pasar di luar Ternate seperti ke kota Ambon, Jakarta Selatan  dan  melalui media online. Tetapi jika suatu saat Anda berkunjung ke Ternate, dapat pula mengunjungi dua galery Batik Tubo, yaitu Rumah Oleh-Oleh Maluku Utara  di Jl. Kapitan Patimura Nomor 120 Kelurahan Stadion, Kecamatan Ternate Tengah dan Galery UKM Gand Dafam Bela Ternate.  (Irsyad Muchtar)

 

pasang iklan di sini
octa forex broker