Peluang News, Jakarta – Indonesia merupakan negara yang kaya dengan kuliner. Banyak negara menggemari kuliner khas Nusantara yang juga kaya dengan rasa.
Rendang kuliner khas Sumatra Barat, salah satu yang digemari banyak masyarakat manca negara. Panganan ini tembus pasar ekspor karena tingginya permintaan.
Plh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan Provinsi Sumatra Barat Budi Lesmana mengatakan, ekspor bumbu rendang ke sejumlah negara berdampak positif terhadap sektor lain terutama pertanian dan peternakan.
“Efek berganda dari ekspor bumbu rendang ini sangat besar sehingga perlu terus kita dorong,” kata Budi, di Padang, Sabtu (5/10/2024).
Dia mengutarakan bahan baku utama bumbu rendang seperti daging sapi, cabai merah, santan kelapa, kayu manis, bawang merah, kunyit dan lain sebagainya merupakan produk yang berasal dari sektor pertanian dan peternakan.
Bila kebutuhan atau permintaan bumbu rendang tinggi, lanjut Budi, maka otomatis keperluan bahan baku juga meningkat pesat. Ini secara langsung akan berimbas pada kesejahteraan petani bawang, cabai, kelapa maupun peternak sapi.
“Tren permintaan bumbu rendang terus mengalami peningkatan yang signifikan,” ujar Budi.
Beberapa waktu sebelumnya salah satu pelaku UMKM asal Sumbar mengekspor satu ton bumbu rendang ke Eropa, selain Eropa, pelaku UMKM juga rutin mengekspor ke negara-negara Timur Tengah.
Di bagian lain, Budi Lesmana mengatakan selisih harga dan persoalan izin memang masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM sehingga belum bisa mengekspor rendang secara maksimal.
DJPb memperkirakan perbedaan harga daging segar di luar negeri menjadi alasan pembeli lebih banyak mengimpor bumbu dibanding rendang siap saji.
Ketua Pembina Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau (Hipermi), Syukriah mengutarakan, secara umum pelaku usaha kuliner khususnya rendang siap mengekspor rendang ke banyak negara, termasuk permintaan khusus dari Arab Saudi.
“Hipermi siap untuk memenuhi permintaan ekspor 15 ton bumbu rendang,” tutur Syukriah.
Namun, saat ini pelaku usaha terutama yang tergabung di Hipermi masih kesulitan menembus pasar internasional.
Oleh karena itu, Hipermi berharap pemerintah daerah terus berusaha memikirkan solusi pemasaran rendang ke sejumlah negara.
“Dua tahun lalu itu ada ekspor bumbu rendang ke Jerman, namun 2024 tidak lagi karena selisih harganya yang cukup signifikan,” kata Syukriah, menambahkan. []