hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kenaikan Harga Telur Dipicu Tingginya Harga Pakan Ayam

Ilustrasi telur ayam-Foto: Istimewa.

JAKARTA—Hingga 19 Juli 2018,harga telur ayam di sejumlah tempat di DKI Jakarta rata-rata masih berkisar Rp28 ribu, Bahkan di Pasar Senen harga telur ayam menembus Rp30.000 per kilogram. Sejumlah rumah makan yang menyediakan menu telur  menaikan harga Rp1000.

Menurut Sumarno, agen telur di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan pihaknya menjual telur Rp27.500 per kilogram, Normalnya memang  di bawah Rp 25 ribu per kilogram, sekitar Rp23 ribu per kilogram.

Dia menyebutkan kenaikan harga pakan ayam dan peremajaan telur yang hampir serempak penyebab kenaikan harga telur. “Kalau di kami,telur yang apkir harus diganti yang baru dan itu bersamaan di semua agen,” katanya ketika dihubungi Peluang,  Kamis (19 Juli 2018).

Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Imelda Freddy, penyebab melonjaknya harga telur ayam adalah tingginya harga pakan ayam, terutama jagung.

Tampaknya produksi jagung nasional, tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional.  Pada saat bersamaan, pemerintah membatasi impor jagung tanpa memperhatikan pasokan memadai.

“Lebih dari 50% produksi jagung memang diperuntukkan untuk konsumsi hewan, misalnya saja ayam. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), jumlah produksi jagung nasional mengalami peningkatan pada periode 2013 sampai 2017. Pada 2013 jumlah produksi jagung nasional adalah 18,5 juta ton dan meningkat menjadi 19 juta ton dan 19,6 juta ton pada 2014 dan 2015. Pada 2016 dan 2017 jumlahnya menjadi 19,7 juta ton dan 20 juta ton,” papar Imelda pada siaran persnya.

Padaha  saat yang bersamaan, jumlah konsumsi jagung nasional juga terus naik. Pada periode 2013-2015, jumlah konsumsi jagung nasional berjumlah 21,6 juta ton, 22,5 juta ton dan 23,3 juta ton. Ada sedikit penurunan pada 2016 yaitu menjadi 22,1 juta ton. Jumlah ini kembali naik menjadi 23,3 juta ton pada 2017.

“Produksi jagung nasional terus meningkat. Tapi kenaikan ini juga diikuti adanya lonjakan jumlah konsumsi nasional. Tanpa adanya ketersediaan yang memadai, harga jagung akan tinggi. Belum lagi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang sudah pasti memengaruhi impor,” ungkap  Imelda.

Jumlah jagung yang diimpor Indonesia terus mengalami penurunan. Indonesia mengimpor 3,19 juta ton jagung pada 2013 dan 3,18 juta ton pada 2014. Sementara itu pada 2015, 2016 dan 2017 jumlahnya impornya adalah3,5 juta ton, 1,3 juta ton dan 500.000 ton.

Penurunan jumlah impor yang dimaksudkan untuk melindungi petani jagung nasional justru tidak efektif untuk menjaga kestabilan harga.

“Pemerintah ingin meningkatkan produktivitas jagung nasional dengan cara menyediakan benih gratis melalui program subsidi benih pada 2015. Sayangnya program ini datang bersamaan dengan berbagai pembatasan pada impor jagung. Hal ini menyebabkan kurangnya persediaan. Maka itu tidak mengejutkan saat harga jagung nasional lebih tinggi daripada harga di pasar internasional,” ujar Imelda lagi.

Untuk itu Chairwoman CIPS Saidah Sakwan mengatakan, pemerintah harus mendorong intensifikasi on farm terkait produktivitas dan efisiensi agar jagung nasional kompetitif dari sisi mutu, harga dan mampu mencukupi jumlah konsumsi nasional.

Kalau supply jagung nasional belum memadai, maka impor bisa menjadi  alternatif. Mantan Komisioner KPPU ini menambahkan, pemerintah bisa mengenakan tarif untuk impor jagung (Van).

 

 

 

 

pasang iklan di sini
octa forex broker