
PeluangNews, Jakarta – Kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih menjadi perbincangan dunia internasional. Banyak negara khawatir, kebijakan Trump akan menimbulkan dampak negatif.
Kepala strategi FX G-10 Bank of America Athanasios Vamvakidis seperti dikutip Bloomberg, Kamis (13/2/2025), menilai kebijakan Trump berpotensi menjadi penghambat dolar AS meskipun pada awalnya akan memberikan dorongan positif terhadap greenback.
“Mungkin dolar tidak menyukai tarif. Dalam skenario tarif AS terhadap negara-negara lain di dunia dan pembalasan penuh, dolar bisa melemah,” tulis Vamvakidis dalam catatannya.
Menurut dia, bila Trump mengenakan tarif 10% atau 20% pada seluruh impor AS, maka negara-negara akan membalas. Hal ini akan membuat AS cenderung lebih rentan.
“Semua orang akan mengalami nasib yang lebih buruk, tapi Amerika Serikat akan mengalami nasib lebih buruk,” ujarnya.
Perlindungan perdagangan akan meningkat paling besar di AS, lanjut Vamvakidis, maka negara-negara lain di dunia akan terus melakukan perdagangan satu sama lain seperti sebelumnya. Atau bahkan mungkin mengurangi perlindungan perdagangan satu sama lain sebagai respons terhadap tarif AS.
Hal itu, katanya, akan berdampak negatif pada produktivitas jangka panjang AS, menantang eksepsionalisme AS dan pada gilirannya melemahkan dolar AS dalam jangka panjang.
Sejauh ini tarif AS telah mengangkat mata uang cadangan dunia berkat daya tariknya, karena tarif tersebut berisiko mengganggu arus perdagangan global dan meningkatkan risiko inflasi di AS.
Indeks Bloomberg Dollar Spot menguat sekitar 7%, sejak titik terendahnya pada akhir September, didukung oleh ekspansi ekonomi AS yang kuat dan janji tarif baru terhadap sekutu dan musuh.
Indeks itu melonjak lebih dari 1% minggu lalu segera setelah Trump mengumumkan tarif 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada, namun mengurangi kenaikan ketika negara-negara tetangga AS membuat kesepakatan dengan Trump untuk menunda langkah-langkah tersebut.
Selain itu, baru-baru ini AS mengatakan pihaknya berencana untuk mulai mengenakan pungutan sebesar 25% pada seluruh impor aluminium dan baja, yang berlaku efektif tanggal 12 Maret, yang mengancam akan mengganggu perdagangan logam global, yang digunakan dalam beragam industri mulai dari mobil hingga infrastruktur. Negara-negara di seluruh dunia kini mencoba bernegosiasi dengan AS.
Tokyo telah meminta Trump untuk mengecualikan perusahaan-perusahaan Jepang dari tarif baja dan aluminium baru.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rame mengingatkan perbankan bahwa prinsip kehati-hatian menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang muncul akibat kebijakan Trump. []