
PeluangNews, Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, harga beras di tingkat penggilingan pada Februari 2025 mengalami penurunan sebesar 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 10,44%.
Harga sebelumnya Rp14.118 per kg menjadi Rp12.784 per kg. Namun, secara bulanan harga beras di tingkat penggilingan turun 0,09% dari Rp12.796 menjadi Rp12.784.
“Harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia,” kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (3/3/2025)
Menurut dia, untuk harga beras di tingkat grosir mengalami penurunan secara tahunan sebesar 4,58% menjadi Rp13.604 per kg. Sedangkan di tingkat eceran turun 2,63% menjadi Rp14.708 per kg.
“Di tingkat grosir terjadi inflasi sebesar 0,32% secara mtm dan terjadi deflasi 4,58% secara year-on-year. Di tingkat eceran terjadi inflasi sebesar 0,26% secara mtm dan terjadi deflasi 2,63% secara year-on-year,” ujar Amalia.
Sebelumnya, BPS mencatatkan nilai tukar petani (NTP) per Februari 2025 sebesar 123,45 atau turun 0,18% secara bulanan (month to month/mtm) dibandingkan Januari 2025.
Amalia mengutarakan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT) turun sebesar 0,59% lebih tinggi dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang sebesar 0,32%.
“Nilai tukar petani Februari 2025 tercatat sebesar 123,45 atau turun 0,18% dibandingkan Januari 2025,” ujarnya.
Komoditas yang dominan, lanjut dia, mempengaruhi penurunan IT nasional yakni cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kakao.
Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan NTP diantaranya adalah tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.
Di sisi lain, subsektor peternakan dan hortikultura mengalami penurunan NTP. []