checkup-dokter keuangan
checkup-dokter keuangan
octa vaganza

Makan 3.000 ala Yusuf Hamka

UANG Rp3.000 bisa makan apa di Jakarta? Di warung nasi kuning, di bilangan Jl Yos Sudarso, ternyata bisa. Siapa pun bisa menyantap seporsi makan lengkap dengan lauknya dengan uang segitu. Warung  itu dikelola dengan pendekatan nonbisnis. Yakni sebagai bentuk rasa syukur, sekaligus tabungan akhirat.

Pemiliknya Muhammad Yusuf Hamka (60), memeluk Islam pada 1981, dibimbing langsung Buya Hamka.  “Berbuat baik tak perlu pilih-pilih, tak pandang suku, agama, dan ras. Berbagi bisa dilakukan dengan cara apa pun, tak melulu harus memberikan uang. Yang tak beragama pun bisa makan di sini. Andai orang itu dateng naik mobil, tetap ditolong. Kita kan nggak tahu di kantongnya ada duit apa nggak,” tutur mualaf keturuanan Tionghoa itu.

Ide ini berawal dari kegiatannya membagikan buka puasa gratis di bulan Ramadhan kepada karyawan di kantornya. Lalu ia mulai berpikir untuk tak sekedar berbagai di bulan Ramadhan saja. “Saya mendapatkan untung buat bekal di akhirat. Uang yang kita simpan bukan uang kita, tapi uang yang kita sedekahkan itu uang kita,” katanya. Warung nasi kuning juga memberdayakan warung sekitar. Caranya, harga dari mereka semisal satu porsi 10 ribu. Yang dijual 3 ribu, jadi subsidi yang saya kasih dari dana saya ya 7 ribu,” tutur Jusuf Hamka.

Yusuf Hamka mencontohkan mulia sikap yang langka. Bagusnya, beberapa orang tergerak ikut membantu. Ia ikut makan. Membayarnya seharga Rp50 ribu, tapi tak meminta kembalian. Alhamdulillah.

Syahril Sahidir

Pangkalpinang, Babel