hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Wanita & Rokok, Perkara Motif

Ada yang memulainya setelah ketemu ‘masalah’. Ada juga yang sejak usia muda. Nama-nama wanita dalam tulisan ini bukan nama sebenarnya. Motif mereka merokok ternyata beragam.

  1. Simbol pembebasan

Bagi generasi saya, sepertinya merokok identik dengan simbol pemberontakan dan pembebasan dari tekanan kultural. Pencitraan mengenai perempuan yang baik di Indonesia pernah sangat dipengaruhi oleh negara. Pada masa Orde Baru, perempuan tak boleh berkumpul, berorganisasi, berdiskusi dan memperjuangkan hak-haknya. Berpolitik bagi perempuan menjadi tabu. Maka, runtuhnya Orde Baru dapat dicamkansebuah momen perubahan yang signifikan.

  1. Putus Cinta

Berbeda dengan Anggraini (23), warga Denpasar, Bali. Berawal dari kisah asmaranya yang kandas, Anggraini memilih untuk merokok sebagai pelampiasan kemarahannya. Bahkan dalam sehari, Anggraini bisa menghabiskan dua bungkus rokok isi 12 batang.“Dua tahun lalu, saya putus cinta. Karena kesal, saya lampiaskan dengan merokok. Jadinya, sampai sekarang ketagihan dan jadi kebiasaan,” ujarnya. Kebiasaan ini semakin kondusif, karena banyak teman wanitanya juga perokok aktif. Hanya saja, di depan keluarga, ia bisa menahan diri

  1. Didera Kesepian

Merokok juga menjadikan wanita yang tidak mempunyai pasangan sebagai pelampiasan kesendiriannya. Hal ini yang dialami Novi (35) , yang sewindu sudah jadi single parent.  Novi harus berjibaku menghidupi ketiga anaknya sendirian. Karena saya sendirian, tidak ada suami lagi, jadi kadang merasa kesepian. Dengan merokok, semua perasaan itu hilang dan kembali bersemangat. Orang tua saya sempat melarang, tapi karena saya sudah menjadi kepala rumah tangga. Dia memilih rokok kretek. Sehari 6-12 batang.

  1. Ikut-Ikutan

Liza (31),ibu dua anak, memulai merokok sejak masuk kuliah. Karena teman-teman prianya banyak merokok, jadi ada dorongan dari dirinya untuk mencoba. Hanya ikut-ikutan teman. “Jadi sampai sekarang keterusan merokok. Sehari cuma 5 batang saya habiskan, tidak terlalu banyak,” ujarnya.Teman-teman dan keluarganya memaklumi, karena sekarang statusnya single parent.Pernah kedua anaknya mempersoalkan. Jalan keluar Liza adalah: tidak merokok di depan anak-anaknya.

  1. ‘Warisan’ Keluarga

Kebiasaan merokok bisa juga ditularkan dari keluarga. Pengalaman Seken (27), misalnya,mantan teller di salah satu bank swasta. Sejak tahun 2005 ia merokok coba-coba,  dan nyatanya bablas hingga kini. Nenek dan ibunya pun ternyata mantan perokok aktif. “Saya merokok bukan karena faktor keluarga”. Melihat teman-teman saya merokok, kebiasaan saya makin menjadi. Tekanan pekerjaan membuat saya stres, dan merokok bikin saya sedikit santai,” katanya. Seken hanya mengisap 4-6 batang/hari. Dia lebih suka rokok rasa mentol. Ia berpikir untuk berhenti merokok saat sedang hamil nanti.

  1. Kompenasi Rasa Stres

Kebanyakan wanita yang didera rasa stres yang berat kebanyakan tidak tahu cara menghilangkan tekanan tersebut. Mereka seringkali membangun sugesti bahwa merokok dalam menghilangkan sedikit stresnya.“Kerjaan saya sangat padat, dari pagi sampai sore dan disambung lagi pada malam hari. Untuk hiburan pun sangat sulit dilakukan. Dengan merokok, otak saya lebih santai mengerjakannya,” ujar Esty. Dia menghabiskan rokok 6-10 batang setiap harinya. Ia jadi perokok aktif dua tahun terakhir. Bermula rokok rasa mentol, belakangan beralih ke rokok kretek.●(Nay—Red

pasang iklan di sini
octa forex broker