Peluang, Jakarta – Pembatasan emisi karbon yang dihasilkan industri lewat penerapan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang diberlakukan Eropa dapat menguntungkan Indonesia. Oleh karena Indonesia sedang menyongsong peralihan energi baru terbarukan (EBT).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan,apabila proses produksinya dianggap menimbulkan emisi CO2 oleh negara-negara Uni Eropa, maka menjadi peluang besar bagi Indonesia buat mengkaji terhadap penerapan CBAM.
“Ini sebenarnya peluang bagi banyak negara termasuk Indonesia yang memiliki ambisi sangat tinggi dalam peralihan energi, jika instrumen tersebut memberikan keleluasaan bagi negara berkembang untuk bisa menyesuaikan diri sekaligus menggali potensi mereka di bidang energi terbarukan,” ujar Menkeu Sri dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/2/2023).
Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan, bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya energi alternatif. “Cadangan energi panas bumi kita merupakan yang paling banyak di dunia karena terletak pada Ring of Fire. Kita bahkan memiliki 800 sungai yang dapat menyediakan tenaga hidro,” kata Sri.
Menkeu menambahkan, transisi kendaraan listrik juga menjadi peluang besar bagi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia. Oleh karenanya, Menkeu menyampaikan, bahwa Pemerintah Indonesia terus memperbaiki iklim investasi bisnis sehingga investor akan datang untuk membangun smelter dan bahkan membuat kendaraan listrik serta baterai. “Jadi, Indonesia memainkan peranan penting di tengah perubahan yang sangat signifikan ini”, tegas Sri.
Menkeu berkomitmen, bahwa pemerintah akan membenahi berbagai kebijakan agar dapat melakukan proses transisi energi ke arah yang lebih terbarukan sekaligus merestrukturisasi industri sehingga Indonesia dapat mengantisipasi tren peralihan energi ke depannya. (alb)