Setelah 8 tahun nganggur, ia terinspirasi punya perusahaan sendiri. Tak lagi memakai ‘bendera’ usaha milik orang lain. Urusan legalitas dimulai dari akta notaris dilengkapi. Lalu ia bagikan ke 30 perusahaan.
Dulu dia rekanan tetap PT Pos dan Telkom dalam penyediaan lembaran cetak. Waktu itu belum ada teknologi digital. Semua kebutuhan input informasi harus dilalui melalui isian pada lembar yang disediakan. Setelah beberapa tahun menjadi rekanan, usaha tersebut harus terhenti akibat krisis moneter di tahun 1998.
Pasalnya, harga kertas melonjak berkali lipat seiring dengan nilai tukar dolar yang melonjak hingga Rp17.000. Saat itu karyawan mencapai 80 orang, mesin cetak ada 8 unit, mesin potong 1 unit dan 3 unit kendaraan. Semuanya habis terjual, termasuk tanah. Jadilah Kusmayadi pengangguran selama 8 tahun. Di masa-masa sulit tersebut, sang istri pun harus membantu perekonomian dengan berjualan baju secara eceran, berjualan kain dan sebagainya.
Pada 2002, ia ingin punya perusahaan sendiri. Tak lagi memakai ‘bendera’ usaha milik orang lain. Urusan legalitas dimulai dari akta notaris sampai semuanya lengkap. Lalu ia bagikan ke 30 perusahaan, baik dititip langsung ke satpam ataupun ke staf internal, sebagai bentuk permohonan kerja sama. Ia yakin, dari 30 proposal yang disebarkan itu setidaknya ada yang menarik minat perusahaan untuk bekerja sama.
Menjalani penantian hingga beberapa tahun, pada 2006 dirinya mendapat panggilan telepon dari PT Indofood Sukses Makmur. Mereka katakan sudah mempelajari proposal yang saya kirim. Keesokan harinya, hadir 6 orang dari PT ISM dan memeriksa dokumen. Setelah 1-2 hari, ia ditelepon dan menginformasikan bahwa perusahaannya sudah menjadi rekanan resmi PT ISM.
Lalu, Kusmayadi diminta menyediakan 2 truk untuk mengambil barang yang siap diantar dari PT Gizindo Nusantara (perusahaan yang masih dimiliki PT ISM yang memproduksi merek SUN). Agak kaget pada awalnya dengan order besar tersebut, tapi ia menyanggupinya, berkat kerja sama dengan perusahaan ekspedisi lain.
Pengiriman pertama ke Medan, berlanjut dengan pengiriman-pengiriman berikutnya. Demikian berlangsung hingga 8 tahun. Dari keuntungan itulah ia menabung untuk membeli armada. Hingga tahun 2022 ini sudah memiliki 28 unit armada. “Sejak 2016 Februari sampai sekarang, perusahaan kami sudah mandiri tidak bergantung lagi terhadap modal orang lain atau kerja sama dengan pengiriman ekspedisi yang lain,” jelasnya.
Badan usaha berbentuk CV meningkat menjadi PT, menyesuaikan dengan ketentuan kerja sama dengan perusahaan atau pabrik besar. Tahun 2022 dilakukan pembenahan manajemen internal sekaligus ekspansi bagaimana cara mendapatkan market, baik secara offline ataupun secara online. Perusahaan ini akan masuk ke ranah online, mendigitalisasi dalam rangka mengoptimalisasi eksplor dunia market di luar untuk semakin ekspansif,” tutur Sarah Camelia Putri, S.ST yang belum lama ini menerima estafet sebagai Direktur Utama PT Putera Sarana Usaha.
Dengan total karyawan baik staf kantor maupun lapangan sebanyak 70 orang, Sarah yakin PT Putera Sarana Usaha ini adalah bisnis yang prospektif. Salah satu prinsip penting yang harus dimiliki pebisnis adalah sikap bisa dipercaya oleh mitra atau siapa pun pihak yang menjalin kerja sama. Namun, tidak banyak yang bisa konsisten menjaga sikap bisa dipercaya tersebut. Apalagi dunia usaha atau bisnis selalu bersinggungan dengan uang, celah untuk berbuat curang selalu terbuka lebar. “Dalam bisnis, soal kepercayaan harus dijunjung tinggi,” ujarnya.●(Zian)