hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Solusi  

Taufik Hendradinata, Dari Minus Rp2,2 M ke Pabrik Skincare

Sempat jadi gelandangan yang untuk beli makan saja susah. Bawa baju satu tas. Berutang Rp2,2 miliar. Kini punya mesin, pabrik skincare dan aset ratusan juta. Ini di luar dugaan saya, katanya.

DIA merintis usaha dengan membuka bisnis laundry. Dari satu menjadi tiga cabang dan 15 agen. Saat bisnis laundry-nya ini berjalan dengan baik, seorang investor mengajaknya waralaba di bidang pendidikan pada 2010. Dia tertarik dan langsung setuju. Ia menginvestasikan dana Rp800 juta. Namun, karena ceroboh dan kurang mencermati prospek bisnis barunya itu, M. Taufik Hendradinata tertipu.

Terlilit utang Rp2,2 miliar, ia harus menjual aset untuk melunasi utang-utangnya. Mobil, rumah, perabotan hingga peralatan makan dilego. Ia pun masih dikejar-kejar penagih utang. “Saya enggak bisa jelasin apa-apa karena saya cuma punya diri ini. Kalau dengan penjarakan bisa lunas, silakan (penjarakan). Yang tersisa Cuma tubuh ini doang,” ujarnya. Di tengah kesulitan itu, sang mertua berusaha membantu dengan menjual 75 persen rumah. Tapi itu pun belum cukup.

Tanpa tempat tinggal, dengan uang Rp700.000 di kantong, ia sewa kos untuk istri dan ketiga anaknya. Dia pilih menggelandang. Tinggal di teras masjid. Demi memenuhi kebutuhan hidup, ia menjual bisnis laundry, cabang dan peralatan, meski itu satu-satunya sumber pemasukan. Dia berpikir keras bagaimana harus berbisnis lagi. Bukan bekerja di perusahaan.

Kesempatan terbuka pada suatu sore seusai shalat Ashar. Dia membaca brosur soal pelatihan pembuatan sabun herbal. Pelatihan itu gratis untuk jamaah masjid. Ia ikut. Seminggu seusai program itu, sabun yang dibuatnya coba dijual. Semula dalam bentuk batangan, belakangan dia buat dalam kemasan cair.

Dengan tekun dia melakukan uji coba. Prosesnya 11 bulan. Hasilnya sabun bentuk gel dalam botol. Dia memegang hak paten sabun natural berbentuk gel atau pasta. Pada mulanya sepi pembeli, Satu bulan kemudian, mulai terjual 50 botol. Ini langkah awal yang bagus. Namun, dalam 3-4 tahun, kehidupan sehari-hari Hendra dan keluarga masih pas-pasan.

            Ia sadar dia harus berhemat. Ia sangat irit bahkan untuk makan sekalipun. Hanya membeli nasi kucing (bungkus) Rp6.000 setiap hari untuk sarapan merangkap makan siang. Seiring perjalanan waktu, terbuka kesempatan untuk merangkak naik. Ia dapat informasi tentang lomba produk inovasi, lalu diikuti. Pada tingkat regional ia menjadi pemenang pertama. Hendra diutus mewakili Provinsi Jawa Tengah dalam lomba serupa. Mujur baginya, di tingkat ini pun ia jadi juara I.

            Hadiah uang Rp50 juta yang didapat sebagai pemenang, plus pinjaman tempat produksi standar BPOM di Technocamp, ia gunakan untuk mengurus izin produk dan renovasi tempat. Tapi karena kehabisan dana, dia banting setir. Semula berniat membuat merek sendiri. Belakangan malah membuat perusahaan manufaktur dengan menjual jasa tempat memproduksi skincare. Dari usaha ini dia mendapat order puluhan ribu botol.

Keadaan membaik, utang-utang perlahan bisa dilunasi. Covid-19 melanda Indonesia, usahanya sempat berhenti dan merumahkan karyawan. September 2020, pesanan kembali datang. Hendra mempekerjakan lagi karyawannya. Sekarang bisnisnya pulih seperti sediakala. Produk facial wash herbal-nya di bawah payung Salina Herbal pun sudah cukup dikenal luas oleh publik.

            “Alhamdulillah dari gelandangan yang beli makan aja susah, kemudian bisa bayar utang Rp2,2 miliar. Dari bawa baju satu tas, sampai punya mesin, peralatan, hingga aset Salina Herbal, ratusan juta. Ini sungguh di luar dugaan saya,” ucap M. Taufik Hendradinata bernada syukur.●

pasang iklan di sini