hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Strategi Brand Alliances Ingredients, Sesuaikah untuk UKM di Indonesia?

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia menghadapi persaingan yang ketat di pasar. Dengan sumber daya yang terbatas, mereka berjuang untuk membangun merek dan mendapatkan loyalitas pelanggan. Salah satu strategi yang telah mendapatkan popularitas di kalangan UKM adalah strategi aliansi merek bahan (brand alliances ingredients). Tapi apakah strategi ini sesuai untuk UKM di Indonesia?

Apa yang dimaksud dengan strategi aliansi merek bahan? Strategi aliansi merek bahan adalah pendekatan pemasaran dimana dua atau lebih merek berkolaborasi untuk menciptakan produk atau layanan baru. Produk atau layanan yang akan mereka buat dan sediakan bersama tidak saja dimaksudkan untuk menghasilkan keuntungan, tetapi pada saat yang sama, perusahaan menambahkan reputasi mereka ke dalam aliansi tersebut. Dengan pengetahuan ganda mereka akan meningkatkan kualitas produk, sehingga konsumen akan lebih puas dan mereka juga akan memperoleh reputasi merek sebagai jaminan untuk produk unggulan. Keuntungan lain adalah terjadinya perluasan kategori konsumen, pengurangan biaya, dan ketenaran produk beserta perusahaannya.

Strategi ini dapat menimbulkan kerugian bila tidak dilakukan dengan tepat. Misalnya, ketika dua merek yang tidak sama kuat, merek yang lebih lemah dan kurang terkenal akan selalu menderita dibandingkan dengan mitra barunya. Selain itu ada kemungkinan merek dengan reputasi yang lebih kecil menyeret merek yang lain ke bawah karena merek yang kecil dikenal tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen.

Jadi, intinya strategi ini memanfaatkan kekuatan masing-masing dan menciptakan penawaran unik yang menarik bagi pelanggan. Misalnya, sebuah perusahaan makanan dapat bermitra dengan merek rempah-rempah untuk menciptakan lini produk baru yang menonjolkan bumbu yang unik dan beraroma. Atau bisnis fashion berkolaborasi dengan penenun di daerah untuk menciptakan desain pakaian baru yang menonjolkan khas budaya/daerah di Indonesia. Atau bisnis kecantikan yang bekerja sama dengan dokter untuk mendapatkan bahan kosmetik yang aman dan dapat dipercaya bagi kesehatan pemakainya.

Lalu, apa manfaat strategi aliansi merek bahan? Salah satu manfaat utama dari strategi aliansi merek bahan adalah memungkinkan UKM untuk memasuki basis pelanggan yang lebih besar. Dengan bermitra dengan merek lain, mereka dapat menjangkau target pasar baru dan mendapatkan eksposur ke calon pelanggan yang mungkin belum pernah mendengar tentang mereka sebelumnya. Selain itu, kolaborasi dapat menghasilkan penghematan biaya karena kedua merek berbagi biaya pembuatan dan promosi produk baru.

Bagaimana pertimbangan untuk menerapkannya bagi UKM di Indonesia? Penerapan strategi aliansi merek bahan secara efektif untuk UKM di Indonesia memerlukan beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan. Pertama, penting untuk memilih merek mitra yang selaras dengan nilai dan target konsumen perusahaan. Ini akan memastikan bahwa kolaborasi itu otentik dan beresonansi dengan pelanggan. Selain itu, UKM harus hati-hati mempertimbangkan biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk kolaborasi. Meskipun dapat menghemat biaya, hal ini juga membutuhkan waktu dan upaya untuk mengembangkan dan mempromosikan produk baru.

Misalnya Gendhis Bag yang merupakan salah satu UMKM di Yogyakarta yang berkolaborasi dengan petani rotan, agel, bambu, rumput laut dan eceng gondok dalam memproduksi tas wanita. Contoh kedua yaitu Kejaya Handicraft di Banyuwangi, yang memproduksi kerajinan tangan. Kerja sama dilakukan dengan usaha mebel dalam mendapatkan limbah kayu, petani pisang untuk mendapatkan pelepah, pemasok kelapa, kayu dan bambu. Kemudian usaha lain yaitu Usaha Dagang Bandar Mina di Bali yang menjual ikan segar, kering dan beku seperti kerapu. Usaha ini bahkan sudah melakukan ekspor ke luar negeri dan melibatkan banyak nelayan dalam mendapatkan pasokan ikan.

Kesimpulannya adalah, strategi aliansi merek bahan dapat menjadi pendekatan pemasaran yang efektif bagi UKM di Indonesia. Kolaborasi dengan merek lain, memungkinkan terjangkaunya konsumen baru dan membuat penawaran unik yang menonjol di pasar yang aktif. Selain itu mereka juga dapat memperluas ke pasar baru, meningkatkan lini produk atau mengembangkan keunggulan atas pesaing.  

Dilihat dari sisi konsumen pula, mereka tidak hanya mencari atribut kinerja tetapi juga menginginkan kualitas emosional dari aliansi tersebut. Strategi ini telah menjadi pendekatan yang semakin umum untuk produk baru, semakin tumbuh tahun ke tahun. Ini disebabkan karena pelaku usaha berusaha menggabungkan makna dan nilai dari satu merek (merek sekunder) untuk meningkatkan proposisi nilai dari merek yang ada (merek primer). Terlepas dari itu semua, penting untuk mempertimbangkan dengan cermat merek partner dan sumber daya yang diperlukan untuk kolaborasi guna memastikan keberhasilannya.

Penulis adalah Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pendidikan Indonesia

pasang iklan di sini