JAKARTA—Ketika ingin berjualan, mulailah dengan apa yang kita pakai. Demikian nasehat seorang ustad yang tergiang di telinga seorang penulis bernama, Nunik Utami Ambarsari.
Nasehat yang menjadi inspirasinya terjun ke bisnis busana muslimah, selain ingin mencari kegiatan di luar menulis, yang tidak menghambur-hamburkan uang.
Pada 2013, Nunik mendirikan Savana Hijab, brand untuk berjualan jilbab yang dirancang dan diproduksinya sendiri secara terbatas, sehingga bisa mempunyai ciri khas. Nama savana, mengandung filsofis dari padang savana yang ada di Indonesia.
“Ibaratnya, padang savana itu hijau, luas, sedap dipandang mata, menyegarkan mata dan menyejukkan hati siapa pun yang melihatnya. Diharapkan yang memakai produk dari Savana Hijab hatinya akan ikut sejuk dan beribadah pun lebih nyaman dan tenang,” tutur Nunik.
Dia menuturkan, modal awal Savana Hijab hanya Rp500 ribu. Awal berjualan di pasar pagi kagetan (seperti pasar malam). Produksi pertama hanya 20-an jilbab.
“Saat jualan di pasar kaget, saya sambil coba menawarkan ke teman-teman saya secara daring (online). Sambutan di dunia maya ternyata luar biasa. Dalam tiga hari, jilbab produksi saya laku terjual. Saya pun hanya satu kali jualan di pasar kagetan. Selanjutnya lebih memilih jualan secara online,” papar dia.
Savana Hijab terus berkembang. Pada tahun kedua, produksi dan penjualan bisa mencapai 1000 helai per bulan. Pemasaran lewat sosial media dengan instagram @savanahijab, serta www.savanahijab.com dan offline ke teman-temannya dan lingkungan sekitar. Omzet masih di bawah 100 juta rupiah per bulan.
“Produksi, turun naik. Tahun kemarin juga sempat vakum karena kesibukan saya di dunia tulis menulis yang meningkat. Tapi tahun ini saya akan melakukan pengembangan lagi dengan membuka penjualan melalui web,” ungkap Nunik.
Nunik mengaku menggunakan jasa karyawan lepas. Artinya kalau ingin produksi baru memakai tenaga karyawan untuk pekerjaan memotong bahan, menjahit, menempelkan label dan packaging.
Produk savana hijab-Foto: Dokumentasi pribadi.Ke depannya Nunik, juga akan menggencarkan lagi ekspansi penjualan ke luar negeri. Tahun-tahun lalu pasarnya mencapai Malaysia dan Hongkong.
“Saat ini akan mencoba ke negara-negara dengan empat musim dan sedang meneliti bahan kerudung yang cocok untuk negara-negara tersebut,” pungkasnya (Irvan Sjafari)