hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Rapor Hijau Bank Pelat Merah

Memasuki  paruh pertama di tahun 2023, kinerja sektor perbankan tampak semakin moncer. Sejumlah bank, terutama bank BUMN, berhasil membukukan kinerja yang cukup fantastis. Capaian positif itu membuktikan bahwa proses recovery di Indonesia setelah pandemi terus berjalan dengan baik.

Terus meningkatnya performa sektor perbankan di Tanah Air tentu dipengaruhi oleh tingginya permintaan kredit. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2023 berada pada kisaran 9-11%. Hingga Mei 2023, kredit yang disalurkan sektor perbankan tumbuh 9,39% secara year-on-year menjadi Rp6.577 triliun. Trend tersebut tampaknya akan berlanjut di semester pertama 2023.

Berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan sejauh ini, sebagian besar bank memang sukses melaporkan realisasi pencapaian kinerja yang memuaskan, kendati neraca beberapa bank masih berada dalam posisi rugi. Secara khusus, bank-bank milik pemerintah juga berlomba menggenjot performanya.

Bank Mandiri menjadi salah satu bank pelat merah yang cukup agresif. Pada semester I tahun ini, Bank tersebut membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp25,23 triliun. Angka tersebut meningkat 24,9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, solidnya kinerja perseroan di tengah ketidakpastian global ditopang oleh kondisi ekonomi Indonesia yang masih tetap bertumbuh. “Kami tetap fokus pada sektor yang prospektif dan merupakan bisnis turunan dari ekosistem segmen wholesale di setiap wilayah,” ujarnya pada Senin, 31 Juli lalu.

Selama paruh pertama, Bank Mandiri menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp1.272,07 triliun, meningkat sebesar 11,8% secara year-on-year. Motor pertumbuhan kredit tersebut terutama berasal dari penyaluran kredit komersial yang meningkat 18,9% secara year-on-year menjadi Rp 215,7 triliun, kredit UKM meningkat 11,7% menjadi Rp 72,3 tirliun dan kredit segmen konsumer meningkat sebesar 11,3% menjadi Rp 106 triliun.

Pada periode yang sama,  PT Bank Negara Indonesia Tbk  juga melaporkan pertumbuhan kinerja yang cukup apik. Laba BNI pada semester I/2023 tumbuh sebesar 17% secara year-on-year menjadi Rp 10,3 triliun.

“Kami menjalankan strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial, serta melakukan optimalisasi digital,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar pada akhir Juli silam.

Menurut dia, berbagai program dan solusi yang ditawarkan BNI telah memberikan dampak positif pada capaian Perseroan untuk mencetak kinerja positif pada semester pertama 2023.  Pada periode tersebut, kredit yang disalurkan BNI mencapai Rp650,8 triliun. Portofolio kreditnya ditopang oleh segmen korporasi yang tumbuh 17% dan segmen konsumer yang tumbuh 12%. Pertumbuhan kredit juga diimbangi oleh kualitas kredit yang semakin baik dengan rasio NPL sebesar 2,5%, turun 71 basis poin (bps). Rasio pencadangan bank tersebut juga tetap dijaga di level yang aman yaitu di 3,1 kali pada Juni 2023.

Bank pelat merah lain, Bank Tabungan Negara juga berhasil menjaga pertumbuhan labanya pada semester pertama 2023, kendati hanya tumbuh tipis yaitu sebesar 0,23% dibandingkan dengan realisasi laba pada semester I tahun 2022, dengan realisasi laba bersih sebesar Rp1,47 triliun. Namun pendapatan bunga bersih BTN pada semester I 2023 turun 16,27% secara year-on-year menjadi Rp 6,47 triliun.

Menurut Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, kinerja keuangan semester pertama ini memang sangat menantang bagi Perseroan. “Namun kami optimistis hingga akhir tahun 2023 tetap mampu membukukan kinerja keuangan yang positif sesuai target yang telah ditetapkan,” ujarnya melalui keterangan resmi yang disampaikan pada akhir Juli lalu.

Sepanjang semester pertama 2023, BTN telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp308 triliun. Portofolio kreditnya didominasi oleh kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang mencapai Rp 152,17 triliun, sedangkan KPR non-subsidi mencapai Rp90,83 triliun.

Pada periode yang sama, rasio NPL Gross BTN masih terjaga di level 3,66%. Hingga akhir tahun ini bank tersebut menargetkan untuk dapat menekan lagi rasio NPL menjadi di bawah 3%.

Bagaimana dengan Bank Rakyat Indonesia? Hingga 3 Agustus 2023 bank tersebut memang belum mempublikasikan laporan keuangannya ke publik.  Namun, sejauh ini bank tersebut juga terus berhasil mempertahankan kinerja positifnya. Sebagai gambaran, pada triwulan I tahun ini, BRI berhasil membukukan laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp 15,56 triliun, tumbuh sebesar 27,37% secara tahunan. Posisi aset BRI Group pun hingga triwulan I/2023 tumbuh 10,46% secara year-on-year menjadi Rp1.822,97 triliun.

Terus Terjaga

Kinclongnya kinerja bank BUMN tersebut juga sejalan dengan kinerja perbankan nasional. Secara makro,  Komite Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia mengungkapkan bahwa Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada semester pertama 2023 terus terjaga di tengah dinamika perekonomian dan pasar keuangan global.

Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Kepala OJK Mahendra Siregar, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Kepala LPS Purbaya Budi Sadewa dalam konferensi pers gabungan yang digelar pada 1 Agustus 2023.

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang disampaikan pada 1 Agustus 2023 juga mengungkapkan bahwa ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, hingga semester pertama relatif terjaga. Situasi itu tercermin dari permodalan perbankan yang masih kuat. Per Mei 2023, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan mencapai 26,07%.

Menurut Menkeu Sri Mulyani, pemerintah bersama OJK, BI dan LPS terus memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit dan pembiayaan dengan fokus pada hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Sementara akselerasi digitalisasi sistem pembayaran juga terus didorong untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital.  “Likuiditas perbankan tetap longgar sehingga berpotensi mendorong berlanjutnya peningkatan kredit dan pembiayaan,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo.

Perry mengungkapkan bahwa Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas untuk terjaganya stabilitas sistem keuangan dan meningkatnya kredit/pembiayaan guna berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

Namun demikian, secara makro, penyaluran kredit/pembiayaan dari sektor perbankan pada Semester I tahun ini justru tumbuh melambat. Ini disebabkan oleh menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha. Berdasarkan analisis BI, saat ini korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan mengambil posisi wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan. Padahal, posisi likuiditas perbankan saat ini longgar, sementara target penyaluran kredit cukup agresif,

Hingga Juni 2023 saja, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,76% , terutama ditopang oleh sektor Jasa Dunia Usaha, Jasa Sosial, dan Pertambangan. Pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi mencapai 17,09% (yoy) pada Juni 2023. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit terus berlanjut, yaitu mencapai 7,34% (yoy) pada Juni 2023.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, pada Mei 2023 kredit yang disalurkan sektor perbankan tumbuh 9,39% secara y-o-y menjadi Rp6.577 triliun, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 8,08%. “Kenaikan itu didorong pertumbuhan kredit investasi sebesar 12,69%. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada Bank Umum Swasta Nasional domestik yang meningkat sebesar 15,2% secara y-o-y,” ujarnya.

Dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, tentu kita berharap progresifnya kinerja sektor perbankan nasional menjadi sinyalemen atas terjadinya recovery pada sektor-sektor industri lain. (trd)

pasang iklan di sini