Konsep Pekanbaru smart city menjadi mazhab tersendiri yang meletakan smart government dan smart mobility sebagai pilar utama bersama 4 pilar lainnya.
POSISI geografisnya di tengah Provinsi Riau dan di jantung Pulau Sumatera. Dikelilingi daerah yang kaya dengan sumber daya alam, berada pada jalur lintas timur Sumatera, sekaligus berfungsi sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat menuju kawasan Asia, Amerika dan Eropa. Pekanbaru berkembang menjadi sebuah metropolitan Pekansikawan (Pekanbaru, Siak, Kampar dan Palalawan).
Perkembangan Pekanbaru sebagai sebuah kota bisnis menempatkannya sebagai kota dengan peredaran uang terbesar di Indonesia di luar Pulau Jawa, yang didominasi kegiatan jasa, perdagangan dan industri (MICE dan manufaktur).
Bukan kebetulan jika Mc. Kinsey dan Boston Consulting Group telah memprediksinya di dalam sebuah studi (2012). Bahwa Pekanbaru memiliki prospek sebagai daerah tujuan investasi terbaik di Indonesia pada 2030.
Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Riau. Juga salah satu sentra ekonomi terbesar di Sumatera dan termasuk kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi, dan urbanisasi yang tinggi. Secara geografis, dia diapit oleh Kabupaten Siak di sebelah utara dan timur, Kabupaten Kampar di sebelah utara, selatan, dan barat dan Kabupaten Pelalawan di sebelah selatan dan timur.
Luas wilayahnya 632,26 km² atau 0,71 persen dari total wilayah Provinsi Riau. Populasinya 1,122 juta jiwa pada 2019. Perkembangan perekonomian Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak seabad lampau, pabrik pulp dan kertas, perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahannya. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan. Menjamurnya pembangunan ruko di jalan-jalan utama kota membuktikan hal itu.
Pekanbaru tidak memiliki sumber daya alam sebagai modal. Berbagai kompleksitas persoalan perkotaan, justru menjadi motivasi dan tantangan bagi Firdaus-Ayat dalam membuat strategi pembangunan yang visioner. Keberhasilan upaya ini dapat diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pekanbaru dengan nilai 80,66, yaitu angka yang menunjukkan tingkat pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah. Firdaus-Ayat menerapkan strategi pembangunan yang adaptif dan visioner
Pemerintah pusat menilai, Pekanbaru sangat cocok dan siap untuk implementasi berbagai pilot project (proyek percontohan) dalam mengatasi berbagai permasalahan perkotaan, pengembangan kebijakan dan kegiatan strategis nasional khususnya di bidang infrastruktur perkotaan, pelayanan publik dan kebijakan lainnya. Pekanbaru sebagai pilot project program strategis nasional di antaranya:
– Pilot project Inovasi Daerah, dari Kemendagri, bersama 31 daerah lainnya dari 516 daerah otonom di Indonesia.
– Pilot project Pengolaahan Air Limbah Domestik Skala Kota dengan sistem perpipaan.
– Pilot project Program KPBU. Kemenkeu menjadikan Pekanbaru sebagai Pilot Project untuk air bersih, bersama dua kota lainnya: Sidoarjo untuk rumah sakit, dan Surakarta untuk lampu penerangan jalan umum (PJU).
– Pilot project Perencanaan Angkutan Umum Masal. Kemenhub menetapkannya bersama empat kota lain: Bandung, Semarang, Batam dan Makasar sebagai implementasi pilot proyek ini.
– Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata (Agrowisata) di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir.
– Destinasi Wisata Halal, dari Kemenpar menjadikan Pekanbaru dan Propinsi Riau bersama 16 daerah lainnya di Indonesia.
– Pembangunan Kawasan Industri Tenayan Eco Industrial Park (TEIP) menjadi pilot project pembangunan kawasan industri di Indonesia.
– Pilot Project Program BPNT (pengganti Raskin), dari Kemensos, Pekanbaru bersama 44 Kabupaten/Kota lainnya.
– Pilot Project Program SLRT (Sistem Layanan Rujukan Terpadu dalam Penanganan Penanggulangan Kemiskinan dan PMKS), dari Kemensos
– Program Gerakan 100 Smart City, Kementerian Kominfo bersama Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu dan Kementerian PUPR menjadikan Kota Pekanbaru bersama 99 kota/kabupaten lainnya sebagai pilot project pengembangan smart city di Indonesia.
Konsep smart city yang dikembangkan oleh Pekanbaru sedikit berbeda dengan konsep yang ditawarkan. Saat ini konsep Pekanbaru smart city menjadi mazhab tersendiri yang meletakan smart government dan smart mobility sebagai dimensi atau pilar utama bersama 4 pilar lainnya (smart people, smart economy, smart environtment dan smart living) dalam membangun kota cerdas.
– Rule Model Mal Pelayanan Publik (MPP) Pekanbaru, MPP Pekanbaru merupakan inovasi dalam pelayanan publik, inovasi.
– Rule Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Rumah Ibadah/Masjid Paripurna. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai pusat pendidikan, pembinaan generasi muda dan pemberdayaan masyarakat dengan konsep tridaya, yaitu pemberdayaan ekonomi, sosial dan lingkungan.
– Rule Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Rukun Warga (PMB-RW), yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat berbasis lingkungan Rukun Warga (RW), masyarakat melalui LPM-RW (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat-RW). Program ini dilaksanakan dengan prinsip pemberdayaan ekonomi, sosial dan lingkungan.
– Rule Model Kartu Smart Madani. Kartu ini salah satu inovasi dalam pelayanan publik yang memiliki 3 misi: mendorong budaya menabung, penggunaan uang elektronik dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Kartu ini merupakan instrumen perbankan yang berfungsi sebagai ATM, uang elektronik, dompet elektronik dan berisi data NIK yang terkoneksi dengan data kependudukan.
Rencana Walikota Pekanbaru, Dr. H. Firdaus, S.T, M.T, mengubah Pasar Agus Salim menjadi Malioboro-nya Pekanbaru akan terwujud. Salah satu keinginan Pemerintah Kota Pekanbaru adalah menjadikan pusat wisata kuliner malam di Jalan Agus Salim untuk memajukan perekonomian masyarakat kota ini.
Dalam urusan kuliner, Pekanbaru seakan tidak ada matinya. Masyarakat bisa menjumpai warung makanan di sepanjang jalan protokol dari pagi hingga subuh. “Pemko Pekanbaru bekerja sama dengan LPM Pekanbaru-Tim The Street Kuliner Pekanbaru akan mewujudkan ‘Malioboronya’ Pekanbaru,” kata Walikota Firdaus.
Konsep wisata kuliner malam di Jalan Agus Salim tersebut sudah jauh hari dirancang. Namun karena kendala teknis di lapangan, realisasinya sempat tertunda sementara waktu. “Kita ingin, mempunyai pusat kuliner malam hari seperti Malioboro dan diharapkan menjadi pusat tujuan orang yang berkunjung,” kata Walikota.
Pembukaan pusat kuliner malam hari ini diharapkan menjadi pemacu ekonomi masyarakat tempatan dan membuka lapangan kerja bagi warga Pekanbaru. Pusat kuliner malam hari diyakini bisa berkembang serta menjadi tujuan masyarakat dan wisatawan datang di Pekanbaru. “Kita sangat yakin Pusat Wisata Kuliner malam ini akan berkembang pesat. Sebab, selama ini, Pekanbaru minim destinasi wisata kuliner malam hari yang terkelola dengan baik,” ujarnya. Di masa pandemi ini, inovasi-inovasi harus terus dilakukan. Khususnya di bidang perdagangan dan jasa sehingga bisa memberikan pemasukan bagi daerah dan pemasukan bagi masyarakat Kota Pekanbaru. “Kita masih dalam masa krisis ekonomi dan kesehatan. Pemulihan ekonomi harus ditumbuhkan terus,” ujar Walikota Firdaus.●(Lula)