hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Nekat

“Tinggi badan saya enam kaki, empat inci, badan saya kurus, kulit gelap, rambut hitam kasar dan mata kelabu. Data pribadi singkat itu muncul dalam artikel berjudul “Saya memang bukan apa-apa”. Ditulis Abe ketika ia menyorongkan diri ikut pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ke 16 di tahun 1859. Ada nada pasrah di situ. Ia memang tak banyak berharap dengan percaturan politik yang berkali-kali menempatkan posisinya sebagai pecundang. Terlahir dengan nama Abraham Lincoln, Abe muda meniti karirnya di jalur bisnis, sayang semua usahanya gulung tikar. Ia lalu banting stir ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif tingkat lokal. Tapi gagal. Pada usahanya yang lain, ia tercatat dua kali gagal menjadi senator. Alih-alih mundur. Abe malah nekat mencalonkan diri sebagai wakil presiden mewakili Partai Republik. Dan lagi-lagi kalah. Ia sempat frustrasi bahkan terlintas untuk mundur dari dunia politik. Tetapi partainya menilai Abe semakin matang sehingga pada kali berikutnya ia didapuk kembali ikut Pemilu untuk target yang lebih besar, merebut kursi Presiden AS ke 16.

Nyatanya Ia berhasil menjadi orang nomor satu di AS pada 1860. Dan kisah hidup anak imigran miskin asal Inggris ini menjadi inspirasi tentang kisah orang-orang yang berani bangkit kendati berkali-kali jatuh. Nama Abraham Lincoln boleh jadi bukan siapa-siapa, kalau saja ia benar-benar mundur dari kancah politik ketika kalah dalam perebutan kursi senat AS pada 1858.

Apakah ia berani, atau hanya nekat lantaran terlanjur sering mengalami kegagalan? Soalnya, berani dan nekat adalah dua tesa berbeda. Yang satu mengambil sikap dengan perhitungan untung rugi yang terukur, sementara, nekat identik dengan pertaruhan dan sikap yang memberontak terhadap kemapanan. Bahkan nekat dicap sebagai sikap tanpa akal sehat.

Dunia sering kali terkesima dengan tindakan orang-orang nekat. Seperti Columbus yang dianggap konyol ketika berlayar ke barat untuk mencapai timur. Ia memang tak menemukan India, tetapi lantaran Columbus sejarah dunia bergerak lebih cepat. 

Reinhold Messner lebih dari sekadar nekat ketika mencapai puncak Everest seorang diri, tanpa tabung oxygen. Ia menembus udara tipis (into thin air) mematikan di puncak tertinggi dunia itu dan berhasil turun dalam keadaan hidup.

Kalau Anda singgah ke pertokoan mewah Marks & Spencer, sulit dipercaya bahwa di masa lalu ia dibangun oleh seorang ‘super nekat’ bernama Michael Marks. Di tahun 1882 dalam usia 19 tahun, imigran miskin Polandia berdarah Yahudi ini merantau ke London. Bekalnya hanya kemauan keras, tidak memiliki ketrampilan apapun, tidak bisa berbahasa Inggris, bahkan tidak bisa menulis dan membaca.

Dengan sedikit bantuan modal dari rekan sesama imigran, Marks memulai karir sebagai pedagang pakaian keliling. Ia memasang harga pada setiap barang dagangannya, rata-rata 1 penny. Bukan tak ingin menjual lebih dari 1 penny, masalahnya Ia tidak bisa menulis dan tak pula mampu berbahasa Inggris.

Marks membuktikan kendala fisik dan intelektualitas dapat dikalahkan oleh kerja keras yang sungguh-sungguh. Ketika meninggal pada 1907, Ia mewarisi 160 toko tersebar di seantero Inggris.

Bagaimana Marks mampu meraih sukses? Ceritanya memang panjang. Kuncinya, ia seorang yang mau bekerja apa saja, asal jujur dan bermanfaat. Bisnisnya berkembang ketika berkongsi dengan Thomas Spencer, kasir sebuah perusahaan pemasok barang dagangan keliling. Marks bertugas menjual barang dan Spencer mengatur administrasi keuangan.

Seperti halnya Marks, kebanyakan para bonek (bondho nekat) berangkat dari komunitas keras yang akrab dengan kemiskinan. Demikian halnya Abe, lahir dari keluarga miskin di sebuh gubug kecil di Kentucky AS pada 1809. Lantaran kesulitan biaya, ia hanya mampu mengenyam sekolah selama setahun namun tekadnya keras untuk mampu membaca, menulis dan berhitung. Ia pembaca buku yang lahap, yang mengantarkannya menjadi ahli hukum pada usia 28 tahun.

Para pemberani dan juga orang-orang nekat memang sering kali mewarnai jalannya sejarah. Abe, Columbus, Messner ataupun Marks adalah para pelintas badai yang sadar bahwa tidak ada tempat untuk berhenti. Mereka yang terus maju ke depan walau belum tentu menang. Tapi jika pilihannya mundur, sudah pasti kalah.

pasang iklan di sini