BI merevisi target pertumbuhan kucuran kredit perbankan dari sebelumnya maksimal 12% menjadi 11%. Perlambatan kredit tidak lepas dari dinamika jelang pemilihan umum 2024 yang menyebabkan pebisnis bersikap menunggu.
Tujuh bulan jelang Pilpres 2024, Bank Indonesia memangkas proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini. Dunia usaha diperkirakan akan wait and see sebelum ekspansi dengan melihat perkembangan stabilitas makro ekonomi politik. Perkembangan global yang masih dalam situasi ketidakpastian dan suku bunga acuan yang tinggi juga bakal memengaruhi rencana bisnis korporasi.
“Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2023 dalam kisaran 9% – 11% secara tahunan,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Rapat DewanGubernur BI, Selasa 25 Juli 2023.
Seperti diketahui, pada awal tahun otoritas moneter optimis pertumbuhan kredit akan mencapai level 10%–12% sampai akhir tahun. Ini tidak lepas dari bakal berakhirnya pandemi Covid-19 yang akan meningkatkan mobilitas dan geliat dunia bisnis di Indonesia. Optimisme pertumbuhan kredit juga berkaca dari pencapaian penyaluran per Desember 2022 yang tumbuh sebesar 11,35% secara tahunan, atau lebih tinggi dari 2021 sebesar 5,24%.
Sinyal perlambatan kredit di tahun politik sebenarnya bukan hal baru. Sekadar mengingatkan pada 2019 lalu, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan melambat menjadi sebesar 6,08% secara tahunan atau turun dibandingkan 2018 yang mencapai 11,7%.
Sinyalemen BI bahwa kredit akan melambat mulai terlihat pada Juni 2023 yang mencatatkan penyaluran sebesar Rp6.636,1 triliun, atau tumbuh 7,7% secara tahunan. Pertumbuhan tahunan itu lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan Mei 2023 sebesar 9,5%.
Pertumbuhan kredit tersebut lebih didominasi oleh debitur perorangan sebesar 9,1% daripada korporasi yang hanya 6,4%. Dilihat dari jenisnya, Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh 6,5% secara tahunan pada Juni 2023, setelah bulan sebelumnya tumbuh 8,1%.
Perkembangan KMK bersumber dari sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan yang tumbuh 23,8% yoy pada bulan laporan, setelah tumbuh 28,1% yoy pada Mei 2023, terutama pada sub sektor Perantara Keuangan Lainnya (Non Bank) Leasing di DKI Jakarta.
Sementara Kredit Investasi (KI) tumbuh 8,4% secara tahunan per Juni 2023. Pertumbuhan ini lebih sedikit dari bulan sebelumnya yang naik 11,6%. Kredit investasi yang tumbuh terutama bersumber dari sektor Industri Pengolahan serta sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan.
Pertumbuhan yang lebih rendah juga terjadi pada KI sektor Industri Pengolahan dimana pada Juni 2023 tumbuh 7,9% secara tahunan dari bulan sebelumnya sebesar 16,4%.
Untuk Kredit Konsumsi (KK) tumbuh 9,1% secara tahunan per Juni 2023, setelah tumbuh 9,7% pada Mei 2023. Pertumbuhan KK terutama didorong oleh perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna.
Penyaluran kredit sektor Properti tumbuh 8,9% pada bulan laporan, setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,9% terutama disebabkan oleh perkembangan kredit KPR dan KPA. Kredit KPR/KPA tumbuh sebesar 10,6% pada Juni 2023, setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,7%, disebabkan oleh pertumbuhan kredit KPR Tipe 22 sampai dengan Tipe 70.
Kredit konstruksi tumbuh 5,1% pada periode laporan, setelah bulan sebelumnya tumbuh 4,3%, khususnya pada Konstruksi Bangunan Jalan Tol di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Kredit Real Estate tumbuh 11,6% setelah bulan sebelumnya tumbuh 16,8%, terutama pada kredit Real Estate Gedung Perkantoran.
Penurunan laju pertumbuhan kredit juga terjadi pada kredit UMKM. Pada Juni 2023, kredit UMKM tumbuh sebesar 7,1% secara tahunan, lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,5% secara tahunan.
BCA Optimis Lampaui Pertumbuhan Kredit Nasional
Meski BI menurunkan target pertumbuhan kredit maksimal sebesar 11% di tahun ini, namun Bank BCA tetap yakin dapat mengucurkan kredit di atasnya yaitu sebesar 12%.
“Target kita tetap di angka 9%-12%. Katakan kalau akhir tahun ada peningkatan pesat terutama dari korporasi ya,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden DIrektur BCA dalam Konferensi Pers Kinerja BCA Semester I 2023, 24 Juli 2023.
Untuk diketahui, pertumbuhan kredit BCA pada semester I 2023 sebesar 9% atau mencapai Rp735,9 triliun. Meski tumbuh, namun untuk kredit korporasi sedikit menurun dibandingkan dengan sebelumnya atau hanya tumbuh sebesar 5,1%. Hal ini disebabkan berkurangnya project-project infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, dan power plant.
Jahja menambahkan, berkurangnya kredit investasi karena saat ini sudah masuk tahun Pemilu. “Mendekati tahun pemilihan politik di tahun depan banyak pengusaha yang wait and see dulu,” ujar Jahja.
Sampai dengan Juni 2023, kredit konsumer BCA merupakan yang tertinggi, diikuti oleh kredit komersial dan UKM. Peningkatan kredit konsumer ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0% menjadi Rp114,6 triliun, serta KKB tumbuh 19,2% secara tahunan menjadi Rp51,4 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit BCA juga tumbuh 15,4% menjadi Rp14,6 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 13,9% menjadi Rp183,9 triliun. Kredit komersial dan UKM tumbuh 10,9% secara tahunan mencapai Rp219,2 trilliun. Kredit korporasi juga naik 5,1% sebesar Rp326 triliun.
Bank yang dikenal jago dalam transaction banking ini juga mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan sebesar 6,9% secara tahunan, mencapai Rp181,2 triliun di Juni 2023. Kredit sektor berkelanjutan ini berkontribusi hingga 24,3% terhadap total portofolio pembiayaan BCA sampai pertengahan tahun ini.
Bjb Targetkan Pertumbuhan Kredit 9%-11%
Senada dengan BCA, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau bank bjb juga optimis dapat mencapai pertumbuhan kredit double digit pada tahun ini.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi optimis kinerja bank bjb hingga akhir tahun akan terus berkembang baik, dengan proyeksi pertumbuhan pada level 9-11% untuk kredit, dimana porsi kredit dengan yield yang lebih tinggi akan diutamakan untuk mengimbangi tekanan biaya dana.
“Kami melihat ruang pertumbuhan untuk penyaluran kredit masih cukup baik didukung dengan berbagai kebijakan yang ada untuk mendorong pemulihan ekonomi, meski masih terdapat tekanan pada biaya dana,” ucap Yuddy, dikutip dari laman resmi bank bjb.
Sampai dengan Juni 2023, aset bank bjb mencapai Rp177,7 triliun atau naik 3,1% secara tahunan. Ini disebabkan kontribusi dari penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh sebesar 10% secara tahunan menjadi Rp121,3 trilliun.
Yuddy menambahkan, dalam menghadapi semester 2 tahun ini, bank bjb telah mempersiapkan sejumlah strategi yaitu di antaranya menjaga momentum pertumbuhan bisnis; mendorong efisiensi berbasis teknologi sehingga dapat lebih efektif dan efisien; dan menggali potensi fee based income.
Perlambatan kredit perbankan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi karena bank masih menjadi sumber pembiayaan terbesar bagi dunia usaha. Oleh karenanya, cawe-cawe pemerintah seharusnya difokuskan untuk menjaga stabilitas ekonomi politik daripada sibuk menjagokan calon presiden tertentu. (Kur).