Penggunaan teknologi mesin pertanian dan digitalisasi diadopsi koperasi pertanian di pedesaan di Tiongkok dan India untuk mendorong produksi dan efisiensi. Belajar dari negara maju.
Sejak umur 17 tahun, Gu Daopeng, warga Desa Datian di Kabupaten Nanchang, Provinsi Jiangxi, Tiongkok Timur sudah menggeluti dunia pertanian dengan mengelola beberapa hektar lahan pertanian, Selama 30 tahun bekerja keras, dia memimpin sebuah Koperasi Pertanian Desa Datian dengan total lahan seluas 880 hektar. Dia dibantu putranya, yang pulang kampung setelah menamatkan pendidikan universitasnya.
Di tangan Daopeng, Koperasi Pertanian Datian tidak saja menjadi koperasi profesional tetapi juga mempunyai nilai tambah, yaitu mengembangkan wisata pertanian. Untuk itu dibutuhkan anak muda dengan keterampilan teknologi, seperti yang dimiliki Bingfa.
Putranya yang ahli desain lingkungan mengenalkan teknologi pada para petani, di antaranya bagaimana menggunakan mesin bajak tanpa awak mendukung mesin penyemai yang juga tanpa awak untuk menyebar bibit. Bahkan kini ayah dan anak itu juga menggunakan drone, yang memungkinkan menyebar benih dari udara. Koperasi Pertanian Nanchan sudah menggunakan apa yang disebut pertanian cerdas atau smart farming dengan skala besar, menggunakan mesin dan digitalisasi dan hanya membutuhkan 26 orang tenaga.
Pemerintah Tiongkok memang mendorong koperasi pertanian agar menggunakan teknologi. Selain padi, gandum untuk ketahanan pangan, pemerintah di negara tirai bambu ini juga tidak ingin negaranya bergantung pada impor kedelai.
Kawasan yang dijadikan sentra kedelai ialah Provinsi Heilongjiang adalah basis produksi dan pasokan kedelai berkualitas tinggi terbesar di Tiongkok, mencakup lebih dari 40 persen area penanaman kedelai negara itu.
Tahun ini, luas tanam kedelai provinsi ini diperkirakan mencapai sekitar 4,57 juta hektar, meningkat sekitar 670.000 hektar dibandingkan tahun 2021. Li Fuqiang, seorang petani dari Kota Bei’an di Provinsi Heilongjiang, bekerja di koperasi lokal dengan sekitar 13.000 hektar lahan pertanian. Tahun lalu, sekitar 3.870 hektar didedikasikan untuk menanam kedelai. Tidak tanggung-tanggung Tiongkok memastikan produksi biji-bijian setahun penuh pada 2022 tetap di atas 650 miliar kilogram.
Semangat “smart farming” ini melanda koperasi pertanian di India. Pada Maret 2022 ini Perdana Menteri India Narendra Modi menyampaikan webinar tentang dampak positif dari Union Budget 2022 di sektor pertanian dan menekankan mengubah koperasi menjadi perusahaan bisnis yang sukses.
Webinar difokuskan pada ‘Pertanian Cerdas’ Strategi untuk implementasi. Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh para Menteri Serikat Pekerja, perwakilan pemerintah negara bagian, petani tetapi juga oleh sejumlah kooperator termasuk Presiden NCUI Dileepbhai Sanghani, Kepala Sahakar Bharati DN Thakur, Presiden Nafcub Jyotindra Mehta, Direktur Pusat RBI Satish Marathe, dan yang lain.
Menurut dia sektor koperasi India sangat tua dan mempunyai semangat keberlanjutan yang perlu didukung teknologi. Apalagi koperasi pertanian di India saat ini tumbuh pesat di berbagai sektor dengan kepemilikan antara lain pabrik gula, pabrik pupuk, perusahaan susu, pengaturan pinjaman, dan pembelian biji-bijian. Partisipasi sektor koperasi sangat besar.
Kecerdasan Buatan akan sepenuhnya mengubah tren yang terkait dengan pertanian di abad ke-21. Meningkatnya penggunaan drone dalam pertanian adalah bagian dari perubahan ini.
“Teknologi drone akan tersedia dalam skala hanya ketika kami mempromosikan agri-startup. Dalam 3-4 tahun terakhir, lebih dari 700 Startup Agri telah berdiri di tanah air”, ujar dia.
Perdana menteri menjelaskan tujuh cara yang diusulkan anggaran untuk membuat pertanian modern dan cerdas.
- Targetnya adalah melakukan pertanian alami dalam mode misi dalam jarak 5 km di kedua tepi Sungai Gangga.
- Teknologi modern di bidang pertanian dan hortikultura akan tersedia bagi petani.
- Penekanan telah diletakkan pada penguatan Misi Kelapa Sawit untuk mengurangi impor minyak nabati.
- Penataan logistik baru akan dilakukan melalui rencana pengangkutan hasil pertanian.
- Dalam APBN adalah penataan pengelolaan limbah pertanian yang lebih baik dan peningkatan pendapatan petani melalui solusi limbah menjadi energi.
- Kantor pos dilibakan memberikan layanan seperti perbankan biasa sehingga petani tidak terganggu.
- Silabus penelitian dan pendidikan agri akan diubah sesuai tuntutan zaman modern berkaitan dengan pengembangan keterampilan dan pengembangan sumber daya manusia.
Pemerintah Tiongkok dan India menyadari mendukung koperasi pertanian mengadopsi teknologi adalah cara untuk meningkatkan produksi pertanian efisiensi di masa mendatang, yang akhirnya mengurangi kemiskinan di pedesaan. Mereka belajar dari negara maju, di mana koperasi pertaniannya sudah lebih dulu mengadopsi “Smart farming”.
Sebuah penelitian yang dilakukan Antonio Manuel Ciruela-Lorenz dan kawan-kawannya dari Fakultas Ekonomi dan Administrasi Bisnis dari Universitas Malaga pada 2019-2020 bertema digitalisasi dalam koperasi pertanian membenarkan bahwa model bisnis dari koperasi pertanian harus berubah dari kegiatan konvensional dengan teknologi digital ke dalam mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Ulasan tentang evolusi teknologi digital utama, seperti Internet of Things, robot, Artificial Intelligence, Big Data, dan Blockchain.
Koperasi pertanian mewakili bagian penting dari aktivitas sektor pertanian pangan di negara matador tersebut dengan omzet 30.992 juta euro pada 2018 dan mengelompokkan 3.755 perusahaan dan 1.150.241 anggota di seluruh negeri. Selain itu, koperasi pertanian di sana mampu menyerap 100.883 pekerja, sebagian besar di daerah pedesaan, yang menjadikan jenis perusahaan ini sebagai mesin ekonomi, sosial, dan budaya yang otentik di daerah pedesaan dan berpenduduk sedikit di Spanyol. Koperasi pertanian mendasarkan kegiatan mereka pada penggunaan sumber daya endogen dan dalam distribusi pendapatan yang paling adil, berkontribusi pada pembangunan daerah yang lebih berkelanjutan dalam hal ekonomi, sosial, dan lingkungan
Terkait dengan teknologi pintar, penggabungan teknologi ini ke dalam mesin dan peralatan dalam eksploitasi pertanian merupakan langkah lain dalam industrialisasi sektor ini. Namun demikian, di beberapa wilayah seperti Eropa, teknologi ini telah diadopsi oleh hanya 25 persen petani. Selanjutnya, bagaimana teknologi pintar (IoT, robot, AI, BD, dan Blockchain) dapat meningkatkan efisiensi operasional koperasi pertanian.
Jika pemerintah sejumlah negara sudah mendukung koperasi pertanian menerapkan smart farming, bagaimana dengan Indonesia? (Irvan).