Makin banyak saja bisnis di Amerika Serikat yang bergulir menjadi Koperasi Pekerja. Sekitar 40% pertumbuhannya muncul dari tempat kerja tradisional. Sebuah penelitian bersama The Democracy at Work Institute dan Federation of Worker Cooperatives pada 2017 melaporkan, pelaku bisnis startup kian gencar memilih model Koperasi Pekerja. Laju pertumbuhannya mencapai 25 perusahaan baru per tahun, tidak termasuk pertumbuhan bisnis lama yang dikonversi.
SETELAH 34 tahun sukses menjalankan perusahaan pengasuhan anak, A Child’s Place di Queens, New York, AS, pasangan suami istri Gregory Coles dan Linda memutuskan untuk pensiun dan berniat menjual perusahaan mereka. Broker mereka menyarankan pilihan menarik: daripada menjual kepada pemilik baru, bukankah lebih baik ditawarkan kepada karyawan yang selama ini bekerja di sana? Pemilik baru itu dapat membeli dan mengaturnya sebagai Worker Cooperative atau Koperasi Pekerja.
Sebelumnya, pasangan Gregory Coles dan Linda tidak pernah mendengar tentang Koperasi Pekerja. Tatkala broker menjelaskan cara kerjanya, pasangan tersebut tahu bahwa itu adalah saran bagus dan tepat. “Gagasan menyerahkan bisnis kami kepada karyawan merupakan salah satu hal terbaik, dan kami pikir kami dapat melakukannya,” katanya.
A Child’s Place bukan satu-satunya perusahaan yang mengalihkan sahamnya kepada karyawan mereka. Seperti ditulis editor Fast Company, Ellie Anzilotti, kecenderungan para pengusaha baby boomer (generasi yang lahir antara 1946-60) pensiun dan menjual perusahaan mereka kepada karyawannya meningkat pesat. Seperti halnya A Child’s Place, kepemilikan sekitar 300 usaha kecil di AS kini berpindah tangan kepada karyawan mereka.
Saat ini, sekitar 12 juta unit bisnis baby boomer di seluruh AS bersiap memasuki masa pensiun. Sekitar 70% dari perusahaan mereka diperkirakan akan berpindah tangan. Malangnya, anak-anak para pemilik korporasi cenderung tidak mengambil alih bisnis orang tua mereka. Karenanya, para pemilik usaha kecil harus mencari cara untuk menjual atau mengakhiri jerih payah dan investasi mereka selama bertahun-tahun yang berarti kehilangan semua aset.
Kendati menunjukkan pertumbuhan signifikan, model Koperasi Pekerja sesungguhnya masih belum populer di AS. Padahal, cikal bakalnya justru muncul di negeri yang mengklaim paling demokratis di dunia ini. Yakni ketika sebuah perusahaan bernama Philadelphia Journeymen Carpenters berdiri pada 1791. Konon, inilah model Koperasi Pekerja pertama di dunia. Gagasan awalnya adalah untuk memecahkan masalah ketidakberdayaan kaum pekerja pada industri-industri yang menerapkan sistem kapitalisme.
Pengamat perkoperasian Jayanasti menulis, melalui perusahaan yang dibangun sebagai Koperasi Pekerja, para pekerja akan dapat mengatur secara lebih rasional upah atau gaji, yang diharapkan akan jadi lebih baik daripada yang dijalankan oleh sistem kapitalisme, dimana gaji pekerja ditentukan secara sepihak oleh para majikan. Dalam perjalanannya, nasib Koperasi Pekerja di AS mengalami pasang surut akibat kuatnya tekanan kapitalisme.
Kendati belum memiliki data komprehensif tentang sifat dan ruang lingkup koperasi pekerja di AS, para peneliti dan praktisi memperkirakan ada 300-400 tempat kerja demokratis di AS, yang mempekerjakan sekitar 7.000 orang dan menghasilkan lebih dari US$400 juta pendapatan tahunan. Jumlah koperasi pekerja telah berkembang dengan stabil selama 20 tahun terakhir, terdiri dari bisnis yang sudah mapan ataupun baru yang terus bertambah, termasuk beberapa bisnis yang telah dijual kepada karyawan oleh pemiliknya.
Yang menggembirakan, belakangan ini, para pembuat kebijakan di AS kian menyadari manfaat Koperasi Pekerja. Undang-undang baru sedang disiapkan untuk mendukung pertumbuhan itu. Dengan jutaan bisnis milik baby boomer akan berpindah tangan dalam beberapa dekade mendatang, transisi ini dapat menjadi peluang untuk menciptakan tempat kerja yang lebih demokratis di AS jika pemilik bisnis, karyawan, dan penyokong dapat bekerja sama untuk mengubah perusahaan ini menjadi koperasi milik karyawan.
Koperasi Pekerja di AS umumnya terkonsentrasi di sektor jasa dan ritel dan industri umum, seperti akomodasi dan layanan makanan, kesehatan, manufaktur dan teknik, teknologi, dan desain.●(Irm)