Lahir dari keluarga sederhana keturunan Tionghoa. Ia jalani jadi penjual es mambo, pedagang asongan, petinju amatir hngga sopir truk gandeng. Bisnis bos jalan tol Cawang-Priok anjlok parah tahun 1998. Dan ia bangkit dengan tabah.
DIKENAL sebagai juragan Tol Cawang-Tanjung Priyok sepanjang 15 kilometer. Jalan itu melintasi ruas jalan bypass, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. Juragan jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) itu, Jusuf Hamka, pernah merasakan pedihnya bangkrut. Pribadi tajir melintir itu tidak suka pamer kekayaan. Terbiasa menangani proyek gede, meski pernah rugi hingga Rp25 triliun.
Dermawan yang rendah hati ini selalu tampil sederhana. Jusuf Hamka alias Babah Alun lahir dari keluarga sederhana keturunan Tionghoa di Samarinda, 5 Desember 1957, besar di Jakarta. Untuk menyambung hidup, semasa kecil, ia berdagang asongan di sekitar Masjid Istiqlal.
Ia kuliah acak di beberapa perguruan tinggi, di antaranya di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Kedokteran di Universitas Trisakti tahun 1974, Jurusan Bisnis Administrasi di Columbia College tahun 1977 serta FSIP Universitas Jayabaya tahun 1980. Namun, semua itu tidak ia tuntaskan karena ia tidak suka formalitas. Hebatnya, pengusaha muslim Tionghoa ini secara syah dikukuhkan menjadi salah seorang Ketua PB Nahdlatul Ulama.
Selama 14 tahun, 1994—2008, Babah Alun hanya bekerja serabutan. Mulai dari berjualan es mambo, menjadi pedagang asongan, petinju amatir hingga sopir truk gandeng pernah dia lakoni. Pekerjaan yang ditelateninya selama ini hanyalah sebagai sopir traktor pembuat jalan. Babah Alun mencoba peruntungan di usaha kayu dan kariernya mulai berkibar di tahun 1990.
Belajar dari kesalahan-kesalahannya, ia mulai menggeluti pekerjaan sebagai penasihat di tiga perusahaan, yaitu PT Indosiar Visual Mandiri, PT Indocement Tunggal Prakarsa hingga pada akhirnya Jusuf Hamka menjadi Direktur Utama di PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Roda berputar. Ada saatnya dia di bawah. “Tahun 98, ketika krismon, saya dua minggu sampai nggak bisa makan. Minum pun susah. Sampai berdiri pun ileran,” ujar Jusuf Hamka. “Waktu itu dolar dari 1.000 menjadi 10.000. Saya punya posisi valas. Tahun 98 itu saya rugi ratusan juta dolar dalam waktu 3 jam,” tuturnya.
“Yang luar biasa, saya punya malaikat yang mendampingi yaitu istri saya,” katanya. Dia peluk istrinya sambil minta maaf. Istrinya bilang, Pa, udah tidak usah disesali. Kita mulai lagi. “ Ya Allah. Aku ikhlas harta yang Engkau berikan Engkau ambil lagi. Aku ikhlas lillahi ta’ala. Tapi tolong kasih aku kesempatan dan kesehatan. Aku nggak minta harta. Insyaa Allah yang hilang itu akan kembali,” ujar Jusuf Hamka. Hanya dengan kebesaran hati yang bisa menerima musibah dan kehilangan seperti itu.
Usaut punya ousut, ternyata ada empat rahasia balik sukses finansialnya sebagai konglomerat. Pertama, belajar dari buku, “bagaimana cara jadi orang sukses dan kaya”, yang menunjukkan tahap-tahapan yang ia lalui; kedua, Bisa jawab. Jadi orang jika sudah berutang, harus (bayar) tepat waktu, jangan menghilang.
Ketiga, Etika. Jaga sikap, jangan sombong ketika sudah berhasil tetap jaga tali silaturahim antarkeluarga dan saudara. Keempat, Ambisi, ketekunan dan restu. “Ambisi itu harus ada, mimpi harus punya dan wujudkan mimpi itu. Selain ketekunan ingin jadi orang sukses, ridha orang tua juga sangat penting,” ujar pemilik 80% saham di CMNP, pengelola jalan tol berpendapatan Rp5,4 miliar sehari.●(Zian)