hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Profil  

Eksekusi Program 100 Hari Pertama

Sejak dipercaya sebagai Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) Kementerian Koperasi dan UKM pada 11 Agustus lalu, Emilia Suhaimi langsung tancap gas. Ini dilakukan demi merealisasikan tugas mulia yang diembannya yaitu agar pelaku usaha UMKM bisa naik kelas. Terlebih Smesco Indonesia yang menjadi domainnya dicita-citakan sebagai etalase-nya produk-produk UMKM lndonesia. Selama ini SME Tower menyediakan ruang yang representatif untuk memasarkan produk-produk hasil kreativitas pelaku UMKM di Tanah Air.

Saat dijumpai Majalah Peluang beberapa waktu lalu, Emilian sudah menyiapkan program kerja 100 hari pertamanya. Program 100 hari pertama berawal  dari  budaya demokrasi politik di AS yang merupakan program terobosan untuk meyakinkan publik. Bagaimana selengkapnya program Emilia tersebut, berikut penuturannya :

Apa saja program 100 hari pertama sebagai Dirut baru LLP ?

Sebulan pertama sejak dilantik saya melakukan pembenahan kedalam dengan mengidentifikasi potensi dan masalah di LLP. Sebagai BLU tentu LLP memiliki SDM, aset, dan sistem kerja serta infrastruktur lainnya. Untuk aset saja ada  17.000 item termasuk Grand Smesco Hill yang perlu dikapitalisasi agar UMKM sebagai user-nya bisa naik kelas.  Prioritas pertama yang dilakukan adalah pemetaan masalah dan potensi LLP. Kalau dalam ajaran Islam yang saya yakini, tugas ini lebih merupakan perjuangan untuk kebaikan. Oleh karenanya, saya selalu menyiapkan waktu 24 jam untuk berbakti, apapun sesuai tugas yang diberikan.

Dari pemetaan potensi dan masalah yang dilakukan, apa saja outputnya ?

LLP ini sangat strategis perannya karena membantu pemasaran produk. Ibarat dalam sebuah perusahaan, sebagus apapun produk yang dihasilkan akan sia-sia jika tidak bisa menjualnya. Dengan infrastruktur yang lengkap di Smesco ini saya yakin LLP dapat memainkan peran yang besar mengangkat usaha UMKM dari sisi pemasaran. Ambil contoh,
LLP sudah menandatangani MoU dengan 25 Perguran Tinggi di Jabodetabek seperti UI dan Binus. Ini dilakukan untuk melatih jiwa entrepreneur para lulusan perguruan tinggi tersebut. Kita kan punya  creative Space yang bisa digunakan untuk menumbuhkan wirausaha baru di Indonesia. Dengan mendorong pemanfatan creative space LLP akan menciptakan pelaku usaha baru yang ramah teknologi dan inovasi. Kami persilahkan para mitra memanfaatkannya agar semakin banyak  entrepreneur tangguh yang lahir dari rahim LLP.

Dengan tenan yang ada sekarang, apa yang perlu diperbaiki?

Banyak sekali yang perlu diperbaiki baik dari sisi utilitas maupun akselerasinya. Kita punya 3 fasilitas utama yaitu Galery indonesia WOW, Rumah Desain Khusus Desainer Fesyen Muslim dan Desainer Etnik Komunitas. Sedangkan di lantai 3,5 sampai 12 untuk perwakilan provinsi di seluruh Tanah Air. Dari bagian yang sudah disebutkan tersebut, masing – masing memiliki permasalahan tersendiri.

Di ruang pemasaran, kami sudah melakukan pembenahan dengan memilah mana barang – barang yang laku dan kurang laku. Perlu diinformasikan, walaupun ada 2.200 produk ternyata yang memberikan kontribusi (laku) hanya sekitar 561 produk saja. Istilahnya kita sedang melakuan Stock Opname dengan  memisahkan barang yang marketable dan yang tidak. Dari sini kita telusuri mengapa produk tersebut  tidak laku, apakah tidak mengikuti tren atau dari sisi harga kemahalan. Selain itu, untuk produk yang kurang laku sedang dipikirkan apakah mau dikembalikan kepada supplier atau perlu diganti. Opsi-opsi ini sedang kita pertimbangkan matang-matang.

Selain melakukan stock opname, kami juga mengkaji ulang profit sharing antara kami dengan pelaku usaha. Kita sudah turunkan profit sharing-nya menjadi sebesar 15 % saja agar produk yang dijajakan dapat lebih kompetitif.

 

Dari konsep yang diutarakan bagus. Tapi tentu saja ada tantangan yang dihadapi, apa yang Anda rasakan ?

Secara umum  dari eksternal tentu saja perkembangan ekonomi. Karena industri ritel ini sangat sensitif dengan pergerakan ekonomi. Apalagi kini sedang hangat mengenai penurunan daya beli masyarakat sehingga ritel ikut turun. Tapi saya optimis, daya beli masih tinggi hanya saja polanya yang berubah dari konvensional menjadi online. Kedua, pembangunan infrastruktur LRT di sekitar gedung SMESCO Tower yang membuat lalu lintas menjadi macet. Akibatnya, masyarakat enggan datang ke Smesco. Oleh karena itu, perlu ada rencana cadangan mengatasi tantangan macet ini. Bentuknya bisa berupa perubahan target atau pun cara lainnya.

pasang iklan di sini