Semua yang dipunya sirna. Ia harus mengganti rugi. Tabungan untuk masa depan pun terpaksa ikut sirna. SMS, telpon, chat dan mention terus berdatangan dalam bentuk tagihan utang dengan nada marah.
DIKATAKAN, “80 persen dari bisnis gagal pada dua tahun pertama, lalu kemudian 80 persen dari sisa 20 persen tersebut akan gagal di dalam tiga sampai lima tahun berikutnya”. Bangkrut bisa dianalogikan sebagai musuh dalam selimut bagi para pengusaha. Bayangkan, hanya empat persen yang bisa benar-benar selamat dari bangkrut! Bayangkan, 96 persen pengusaha pernah bangkrut.
Seorang pebisnis sekelas Dewa Eka Prayoga tak luput dari itu. Ia pernah mengalami pahitnya kebangkrutan. Seperti diceritakan Dewa dalam buku Komik Jago Jualan miliknya, kebangkrutannya adalah sebuah cerita yang mengharukan serta penuh perjuangan. Agaknya, ini salah satu episode penting yang menempa seorang Dewa Eka Prayoga. Dia jadi matang, Tangguh, dan merefleksikan pengalaman buruk itu. Dia mewanti-wanti agar calon pengusaha tak gegabah melangkah.
Tujuh koma tujuh milliar bukanlah sebuah nominal yang sedikit. Beberapa orang bahkan tak pernah membayangkan punya uang sebegitu banyaknya. Beberapa orang lagi mungkin menuliskan jumlah tersebut sebagai target omzet bisnisnya. Tapi bagi Dewa, nominal itu cukup menyakitkan. Soalnya, dia pernah tertipu oleh seorang teman yang membawa kabur uang Rp7,7 milliar. Kehilangan uang sebanyak itu pasti membuat siapa pun frustasi. Begitu pula yang dirasakan Dewa. Apalagi nominal itu bukan sepenuhnya milik dirinya sendiri. Ada beberapa teman yang menitipkan uang padanya untuk diinvestasikan.
Kehilangan uang sendiri aja udah bikin mau bunuh diri, apalagi ini ditambah orang milik orang lain. Duh gak kebayang gimana pusingnya Dewa saat itu. Dan waktu terjadinya musibah itu pun sangat amat tak tepat. Hanya berjarak 18 hari, atau dua minggu setengah sesudah Dewa menikah. Bahkan menurut pengakuan Dewa, sebulan setelah menikah, mereka hampir saja memutuskan untuk bercerai, hanya karena desakan dan tekanan orang-orang terdekat mereka.
Cacian serta makian malah memperburuk situasi, teman yang awalnya dekat perlahan menjauh dengan pasti. Semua yang dipunya sirna begitu saja karena harus mengganti rugi, bahkan tabungan untuk masa depan pun terpaksa ikut sirna. SMS, telpon, chat dan mention terus berdatangan. Bukan dalam bentuk orderan, melainkan dalam bentuk tagihan hutang dengan nada marah bahkan kadang menggunakan kata kasar serta mengancam.
Di masa kelam seperti itu, seorang Dewa Eka Prayoga sempat merasa putus asa. Wajar saja, seorang Dewa juga manusia biasa. Tetapi dalam ruang gelap sekalipun, cahaya tetaplah bersinar. Istri dari kang Dewa, teh Wiwin selalu menjadi cahaya itu. “Aku percaya kamu bisa lewati ujian ini. Aku yakin kamu mampu. Aku akan support apa pun keputusanmu. Aku sayang kamu..” begitu ucap Teh Wiwin saat Dewa berada dalam jurang kebangkrutan.
Kata-kata itu bukan hanya sekadar kata, Teh Wiwin benar-benar mendukung apapun yang Dewa lakukan, menemani Dewa secara total. Bahkan saat Dewa berusaha untuk bangkit dan menjual makanan, Teh Wiwin lah yang pergi ke pasar, serta memasak padahal waktu itu kondisinya sedang hamil besar.
Dan Dewa pun memutuskan untuk kembali bangkit, kehilangan 7,7 milliar sudah tak jadi trauma bagi seorang Dewa. Dia mencoba kembali bangkit, bahkan kebangkrutannya menjadi inspirasi untuk menulis buku ‘7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula’ yaitu, Asal Action, Ikut-ikutan, Gampang Percaya, Ingin Cepat, Banyak Gaya, Mudah Hutang, dan Buta Finansial.●