JAKARTA—Badan Pusat Statistik mengungkapkan Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada Juli 2018 mencapai 101,66 atau mengalami penurunan 0,37 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada Juni 2018 NTP berada pada angka 102,04.
Penurunan NTP dipengaruhi turunnya NTP pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,62 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,88 persen dan subsector Perikanan sebesar 0,33 persen. Namun pada NTP Subsektor Hortikultura dan Subsektor Peternakan justru mengalami kenaikan masing-masing 0.41 persen dan 0,77 persen.
“Ada sejumlah komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kopi dan cengkih yang mengalami penurunan,” cetus Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (1/8/2018).
BPS juga mengungkapkan, dari 33 provinsi sebanyak 27 provinsi mengalami penurunan NTP dan enam provinsi mengalami kenaikan. Provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebar 1,10 persen atau 106,42, dibandingkan Juni 2018 sebesar 105,26.
“Kenaikan di NTT disebabkan kenaikan pada subsektor peternakan khususnya komoditas sapi potong yang naik sebesar 1,81 persen,” kata Suhariyanto.
Sebagai catatan dari sejumlah media hingga kuartal pertama 2018 , populasi sapi di NTT menembus satu juta ekor. Padahal awal tahun 2008 hanya sekitar 450 ribu ekor.
Penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 2.11 persen pada Juli 2018, yaitu 96,5. Untuk catatan kemerosotan NTP di provinsi Banten terjadi beberapa kali sepanjang 2018, yaitu April 2018 dari 99,68 menjadi 98,66 pada Mei 2018, sempat naik tipis 98,73 pada Juni 2018.
Ilustrasi-Foto: Istimewa.Seperti yang diketahui, NTP di bawah 100 mengartikan bahwa indeks harga yang dibayar petani lebih besar dibandingkan indeks harga yang diterima petani. Dengan demikian secara rata-rata usaha tani yang dilakukan petani Banten sejak Mei mengalami kerugian (van).