hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

10 Bank Pencetak Laba Terbesar

Bank-bank beraset jumbo di Indonesia berhasil menunjukan kinerja yang memuaskan dalam tiga bulan pertama tahun ini dengan BRI menjadi bank paling menguntungkan.

Industri perbankan nasional masih bertaji di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Hal itu terlihat dari pencapain laba 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia. Permintaan kredit yang bertumbuh menjadi faktor utama kinerja industri yang kinclong. Selain itu, transformasi digital yang dilakukan membuat industri semakin efisien.

Dua bank BUMN yakni Bank BRI dan Bank Mandiri menguasai puncak klasemen perolehan laba terbesar sepanjang kuartal I 2023.  Meski aset konsolidasi BRI lebih kecil dari Mandiri, namun kemampuannya dalam mendulang laba lebih tinggi. Ini tidak lepas dari portolio BRI yang mayoritas disalurkan untuk UMKM sehingga menghasilkan marjin yang besar.

Laba BRI Jawara Capai Rp15,6 Triliun

Secara konsolidasi, BRI mencetak laba bersih sebesar Rp15,6 triliun pada kuartal I 2023, meningkat 27,37% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini ditopang dari kenaikan pendapatan bunga dan pendapatan syariah sebesar 7,8%  menjadi Rp32,77 triliun. Selain itu, pendapatan berbasis komisi (fee based income) meningkat 11,45%  menjadi Rp5,08 triliun.

Penyaluran kredit BRI mencapai Rp1.180,12 triliun dimana sebesar 83,86% atau mencapai Rp989,64 triliun dikucurkan untuk sektor UMKM. Sehingga tidak heran, bank pelat merah ini ditahbiskan sebagai rajanya kredit UMKM.

Sedangkan, kredit non-UMKM yang digelontorkan senilai Rp 190,48 triliun pada kuartal I-2023. Dengan penyaluran kredit tersebut, BRI mencatatkan total aset sebesar Rp 1.822,97 triliun, meningkat 10,46% (yoy).

Meski kreditnya menanjak, namun BRI berhasil mengendalikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi sebesar 2,86% pada kuartal I 2023, turun dibanding kuartal I 2022 sebesar 3,09%.

Sementara dana pihak ketiga (DPK) BRI sebesar Rp1.255,45 triliun, tumbuh 11,45% secara tahunan. Peningkatan DPK ditopang dana murah (CASA) yang tumbuh sebesar 13,01%  menjadi Rp810,09 triliun.

Bank Mandiri Tempati Posisi Runner Up

Posisi kedua alias runner up bank pencetak laba terbesar ditempati oleh Bank Mandiri. Bank ini menghasilkan laba bersih konsolidasi pada kuartal I 2023 sebesar Rp12,6 triliun, tumbuh 25,2% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih ini tidak lepas dari meningkatnya pendapatan bunga karena tumbuhnya penyaluran kredit.

Pertumbuhan kredit Bank Mandiri selama tiga bulan pertama 2023 mencapai 12,36% menjadi Rp1.205 triliun. Ini terjadi di seluruh segmen kredit. Kredit wholesale meningkat sebesar 9,09% menjadi Rp 599 triliun dan kredit ritel naik 11,92% dengan realisasi mencapai Rp327 triliun.

Bank hasil merger beberapa bank ini juga mampu mengendalikan NPL (bank only) di level 1,70% turun dari 2,74% di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di samping itu, juga telah membentuk pencadangan yang cukup, tercermin dari coverage ratio yang berada di level 337%. 

Return on Equity (ROE) Tier-1 bank only sebesar 24,6% atau naik 241 basis poin (bps) secara tahunan dan net interest margin (NIM) konsolidasi di level 5,40%. Ini membuktikan kemampuannya dalam menjaga profitabilitas untuk memberi nilai tambah bagi pemegang saham.

Sementara total dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi Bank Mandiri tumbuh positif 9,62% secara tahunan dari Rp1.269 triliun di kuartal I 2022 menjadi Rp 1.391,14 triliun di kuartal I 2023. Peningkatan DPK ditopang dari naiknya dana tabungan sebesar 9,7% menjadi Rp549 triliun. Dana giro tumbuh sebesar 23,2% menjadi Rp483 triliun. Sedangkan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh sebesar 10,04% mencapai Rp1.908 triliun.

  
BCA Pencetak Laba Terbesar Di Segmen Bank Swasta

Bank BCA membukukan kenaikan kredit sebesar 12% secara tahunan pada kuartal I 2023. Ini berpengaruh pada peningkatan laba bersih secara konsolidasi yang tercatat sebesar 43,0% menjadi Rp11,5 triliun. Pencapaian ini menjadikan bank yang dikenal jago dalam transaction banking itu menjadi bank swasta pencetak laba terbesar dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Dilihat dari segmentasi kredit, penyaluran kredit korporasi naik 11,7% mencapai Rp320,5 triliun dan masih menjadi kontributor utama bagi total kredit BCA. Kredit komersial dan UKM meningkat 11,8% mencapai Rp211,1 triliun.

Dukungan BCA pada sektor UKM tercermin pada Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) yang tercatat sebesar 22,1%, di atas target yang ditetapkan. Sementara itu, KPR tumbuh 11,6% menjadi Rp109,6 triliun, dan KKB naik 15,2% menjadi Rp47,9 triliun. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 16,2% YoY menjadi Rp14,0 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 12,7% YoY menjadi Rp174,5 triliun.

Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 9,5% di kuartal I 2023, dibandingkan 13,8% di tahun sebelumnya. NPL tercatat sebesar 1,8% di kuartal I 2023, turun dari 2,3% di tahun sebelumnya.

Di sisi pendanaan, CASA naik 5,7% mencapai Rp843,3 triliun dan berkontribusi hingga 81,2% dari total DPK. Secara keseluruhan, DPK tumbuh 4,1% menjadi Rp1.039 triliun, sehingga mendorong total aset BCA naik 4,9% YoY menjadi Rp1.322 triliun.

Pada kuartal I 2023, total volume transaksi BCA naik 27,3% YoY mencapai 6,9 miliar transaksi. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh perluasan kanal online dan offline yang konsisten melalui investasi di multi-channels, serta pertumbuhan basis nasabah. Khusus di kanal digital, volume transaksi mobile banking dan internet banking mencapai 5,8 miliar, atau meningkat 29,5% YoY.

BNI Bukukan Laba Rp5,2 Triliun

Bank BNI membukukan laba bersih kuartal I-2023 sebesar Rp5,2 triliun, tumbuh 31,8% secara tahunan. Pada periode yang sama, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2% secara tahunan mencapai Rp634,3 triliun.

Dari sisi likuiditas, BNI membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,4% secara tahunan menjadi Rp 743,7 triliun.  Strategi pertumbuhan DPK difokuskan pada CASA berupa tabungan dan giro yang naik sebesar 6,9% dengan rasio CASA mencapai 69%. Pertumbuhan kredit dan CASA tersebut membuat Net Interest Margin (NIM) terjaga pada level 4,7%.

Peningkatan laba pada kuartal pertama 2023, berdampak positif pada rasio profitabilitas yang tercermin dari rasio Return on Average Equity (ROAE) yang meningkat dari 14,3% di kuartal I 2022 menjadi 15,5% di kuartal I 2023, sekaligus pre-tax Return on Asset (ROA) yang juga meningkat dari 2,3% menjadi 2,7%.

CIMB Niaga Cuan Rp1,6 Triliun

Bank swasta dengan kode saham BNGA ini mencetak laba sebesar Rp1,60 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Realisasi itu tumbuh 32% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,21 triliun.

Kenaikan laba bersih itu selaras dengan kinerja pendapatan bunga dan pendapatan syariah yang positif. Tercatat pendapatan bunga bank asal negeri jiran ini tumbuh menjadi Rp 4,27 triliun dan pendapatan syariah menjadi Rp1,09 triliun. Selain itu, pos pendapatan operasional lain juga mencatat kenaikan mencapai Rp 1,09 triliun.

Penyaluran kredit naik 10,1% secara tahunan menjadi Rp201,1 triliun. Kenaikan kredit terutama disumbang oleh dua segmen bisnis yaitu corporate banking tumbuh 16 persen dan consumer banking tumbuh 9,4 %. Sementara total DPK mencapai Rp240,1 triliun, dengan rasio CASA sebesar 61,2%.

Bank Syariah Terbesar Raih Laba Bersih Rp1,46 Triliun

PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI membukukan laba bersih sebesar Rp1,46 triliun di kuarta I 2023, naik 47,65%  dari capaian Rp987,68 miliar di periode sama tahun lalu. Capaian laba bersih ini  ditopang dari pendapatan dari jual beli sebesar Rp2,98 triliun, pendapatan dari bagi hasil Rp1,39 triliun, pendapatan dari ijarah bersih Rp56,1 miliar, serta pendapatan usaha utama lainnya sebesar Rp964,73 miliar.

Total aset dari bank hasil merger bank-bank syariah BUMN ini meningkat 15,47% menjadi Rp313,25 triliun dan pembiayaan naik 20,15% menjadi Rp213,28 triliun di kuartal I-2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sejalan dengan naiknya penyaluran pembiayaan, BSI berhasil menjaga pembiayaan bermasalah (NPF) di level 2,36%. Total DPK mencapai Rp269,26 triliun, tumbuh 12,88% secara tahunan.

Laba OCBC NISP Rp1,02 Triliun

Bank Bank OCBC NISP membukukan laba bersih sebesar Rp1,02 triliun pada kuartal I-2023, meningkat 65,7% dari periode yang sama setahun sebelumnya sebesar Rp621,2 miliar. Peningkatan laba bersih tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih yang naik sebesar 32,1% menjadi Rp3,67 triliun dari periode sama tahun lalu sebesar Rp2,79 triliun.

Pendapatan operasional lainnya menurun jadi Rp385,8 miliar per Maret 2023 dari setahun sebelumnya senilai Rp565,6 miliar. Sementara beban operasional lainnya meningkat menjadi Rp1,3 triliun dari tahun lalu sebesar Rp1,16 trilliun. Beban pajak penghasilan naik menjadi Rp281,25 miliar dibanding kuartal I 2022 sebesar Rp166,51 miliar.

Bank membalikkan arus kas dengan mencatatkan perolehan dari aktivitas operasi sebesar Rp8,72 triliun dari setahun sebelumnya yang mencatatkan penggunaan dari aktivitas operasi sebesar Rp13,15 triliun.

BTN Tetap Fokus di KPR Subsidi

Pada kuartal I 2023, Bank BTN membukukan laba bersih sebesar Rp801 miliar.  Total aset naik sebesar 9,25% secara tahunan menjadi Rp401,50 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp367,51 triliun.

Pada tahun ini, bank spesialis penyaluran kredit KPR subsidi ini akan fokus pada empat strategi. Rencana strategis tersebut antara lain akan mengoptimalkan porsi pada program perumahan nasional dengan target penyaluran KPR Subsidi sebesar 171.200 unit.

BTN akan mengembangkan produk dan skema KPR yang menyasar milenial, menargetkan penyaluran KPR Non Subsidi sebanyak 54.500 unit serta mengembangkan bisnis UMKM dengan mengoptimalkan porsi Bank BTN pada penyaluran KUR.

Laba PermataBank Rp756 Miliar di Kuartal I 2023

PermataBank mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp756 miliar di tiga bulan pertama 2023. Selain itu, mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 4.9% secara tahunan menjadi Rp252,7 triliun. 

Laba Operasional sebelum Provisi (PPOP) PermataBank tumbuh 3,3% sebesar Rp1,6 triliun dibandingkan periode yang sama 2022. Hal tersebut dikontribusikan oleh peningkatan Pendapatan Operasional naik sebesar 5,3% menjadi Rp3,1 triliun yang didukung dari pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 20,7%.

Penyaluran kredit naik tipis 0,5% menjadi sebesar Rp130,1 triliun, didorong oleh pertumbuhan KPR sebesar 7,0%. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross terjaga di level 3,2%, sementara rasio NPL net tercatat lebih baik pada level 0,4%, dibandingkan 0,6% pada Kuartal I 2022.

Dana murah atau CASA tumbuh sebesar 4,7%  menjadi Rp108,6 triliun, dengan kontribusi pertumbuhan Giro sebesar 5,7% dan Tabungan sebesar 3,1%, sehingga rasio CASA Bank berhasil meningkat menjadi 57,1%, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Maret 2022 sebesar 56,4%.

Laba Bank Panin Turun

Dalam kelompok 10 bank dengan aset terbesar, Bank Panin menjadi satu-satunya bank yang mencatatkan penurunan laba bersih di kuartal I 2023. Bank Panin membukukan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik secara konsolidasi sebesar Rp589,52 miliar pada kuartal I 2023, turun 9,8% secara tahunan  dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp654,15 miliar.

Sementara itu, total laba bersih secara konsolidasi yang diraup Bank Panin mencapai Rp659,79 miliar pada kuartal I 2023, susut 0,96%. Penyusutan laba bersih Bank Panin itu didorong oleh kenaikan beban bunga 41,63% menjadi Rp1,28 triliun. Naiknya beban bunga membuat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Bank Panin turun 5,84 persen menjadi Rp2,36 triliun.

pasang iklan di sini