hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Yogiswari, Designer Berkarakter Hasilnya Mendunia

Peluang, Jakarta – Fashion Designer, Yogiswari Prajanti mengaku, bahwa busana yang dibuatnya dalam peragaan Fashion week-nya tersebut dari karakter yang dibuatnya sendiri. Hal tersebut dimaksudkan sebagai wujud ekspresi dan kreativitas rancangan yang dimilikinya disetiap peragaan busana.

“Semua karakter buatan saya sendiri yang memerlukan berbulan-bulan atau minimal 6 bulan yang saya buat,” kata Yogi sapaan akrabnya dalam “Bincang Bisnis Ciptakan Peluang Kolaborasi“Cerita Perempuan Indonesia Yang Sukses Bertarung Di Pasar Fashion Global ” dirumah Dinas Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf), di Jakarta, Jumat (24/2/2024).

Lebih lanjut dia menjelaskan, pertama yang dilakukannya dengan menggambar dikertas lalu di scan dengan laptop, setelah itu dicetak di kain. Untuk menghasilkan busana kelas dunia, maka perlu dibuat yang namanya prototype baju sebelum dikembangkan menjadi model baju yang lebih kompleks.

“Awalnya saya menggambar yang telah saya ketahui akan membuat apa?. Membuat jaket, gamis atau blus. Saya menggambar pakai tangan, karena saya tidak ingin membuang bahan jadi artisnya saya sendiri. Meskipun dalam menggambar saya agak lama, tetapi tetap saya yang menggambar sendiri. Jadi saya memberdayakan sendiri,” ujar Yogi.

Namun demikian, dirinya tetap menggunakan tenaga operator berjumlah dua orang, ada tukang pola, potong kain. Jadi satu orang bisa mengerjakan beberapa pola kain, dan satu orang lagi bisa mengerjakan sampai 3 baju. “Kebetulan saya juga tidak memakai jasa ahli gambar kain, karena karakter ini tidak bisa ditiru,” ungkap Yogi. 

Saat ini dari pengalaman mendesign secara profesional menurut dia, dirinya telah mengikuti ajang fashion show di Newyork yang tidak begitu mudah, yakni melalui serangkaian proses kurasi (Pemilihan) seleksinya beberapa kali.  


Kurasi tersebut meliputi profil perusahaan, media sosial, lama usaha, fashion week yang sudah diikuti, sketsa, moodboard, konsep koleksi, jenis jahitan, kancing, hingga resleting. 

“Saya mengikuti kurasi yang cukup ketat, karena saya tidak mau masuk ke negara itu kalau tidak dapat mengikuti gelaran fashion show,” ungkap Yogi.

Setelah pandemi, lanjut dia, dirinya sempat melakukan spesial promo busana hasil rancangannya. “Padahal sebelum pandemi saya masih menjual diatas Rp 900 ribu, dengan jual tinggi karena dari membeli bahannya saja per meternya sudah tinggi, dan jahitan dengan sangat rapi oleh karena harus menjaga kualitas busana saya. Pada waktu belakangan ini saya juga menurunkannya dibawah Rp 900 ribu, dengan harga murah tapi saya tetap mendapat untung,” tukasnya.

Adapun narasumber dalam acara bincang bisnis tersebut adalah Global Fashion Producer Dina Fatimah-Eski, Shoes Designer Vicky Shu, Fashion Designer Yogiswari Prajanti, Make Up Artis Indah Aini. Acara diselenggarakan oleh Wakil Ketua Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan, Endah Kaniasari, dan Komtap Pemberdayaan Perempuan Kadin DKI Jakarta, Diantri Lapian. Dengan di moderatori oleh Menteri Parekraf, Sandiaga S. Uno, Ketua Umum KADIN DKI Jakarta, Diana Dewi. (alb)

pasang iklan di sini