
PeluangNews, Jakarta-Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menegaskan peran Waduk Kedungombo sebagai salah satu infrastruktur vital dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Waduk yang berada di perbatasan Desa Rambat dan Desa Juworo, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan itu kini menjadi andalan untuk mendukung swasembada pangan sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Waduk Kedungombo bagian integral dari sistem irigasi yang memastikan pasokan air tersalurkan secara efisien hingga ke lahan pertanian. Air yang dikelola dengan baik akan meningkatkan indeks pertanaman sehingga petani dapat panen lebih dari sekali dalam setahun,” kata Menteri Dody, dalam keterangan resminya, (23/8).
Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Kementerian PU mengatur operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Waduk Kedungombo. Proses itu meliputi pemantauan sistem pengelolaan air, penyusunan rencana tata tanam, pembagian air, serta perawatan jaringan irigasi primer, sekunder, hingga tersier agar tetap optimal.
Kesepakatan rilis air waduk ditentukan bersama oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana dengan melibatkan berbagai pihak. “Kesepakatan musim tanam dilakukan bersama pemerintah daerah, dinas pertanian, TNI/Polri, hingga petani melalui IP3A dan GP3A. Ini bukti nyata sinergi pusat, daerah, dan masyarakat dalam menjaga kedaulatan pangan,” ujar Dody.
Saat ini, stok air Kedungombo mencapai 472,39 juta meter kubik atau setara elevasi 87,67 Mdpl. Angka tersebut dipastikan cukup untuk mengairi musim tanam pertama (MT 1) yang dimulai September 2025.
Waduk Kedungombo menyuplai air ke area irigasi seluas 64.365 hektare. Cakupan itu meliputi DI Sidorejo (6.038 ha), DI Sidorejo Kiri/Lanang (1.900 ha), dan DI Sedadi (16.055 ha) di Kabupaten Grobogan. Selain itu juga mengairi DI Klambu Kiri (20.646 ha) di Kabupaten Demak, DI Klambu Kanan (10.354 ha) di Kabupaten Pati, serta DI Klambu Wilalung (7.872 ha) di Kabupaten Kudus. Ditambah, ada dukungan pompanisasi untuk 1.500 ha lahan pertanian.
Dirjen SDA Kementerian PU, Dwi Purwantoro, menegaskan fungsi utama Kedungombo. “Bendungan ini menampung air di musim penghujan, mengendalikan banjir, dan memastikan kelancaran suplai air untuk pertanian baik MT I, MT II, maupun MT III sehingga indeks pertanaman tetap terjaga,” kata Dwi.
Kementerian PU juga mendorong edukasi bagi petani agar penggunaan air lebih efisien. “Pola tanam, pengairan bergilir, dan pengendalian kebocoran saluran adalah langkah penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air,” tambah Dwi.
Waduk Kedungombo sendiri dibangun pada periode 1980–1991 dengan pengisian awal dimulai 14 Januari 1989. Waduk ini menampung aliran Sungai Serang, Uter, Sentulan, Jenglong, dan Karangboyo, yang kini menjadi nadi utama bagi produktivitas pertanian Jawa Tengah.