hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

UKM Kreatif Bandung (9) Peyek 16 Rasa Racikan Dianie

Dianie Hadyatie bersama peyek produksinya di sebuah pameran-Foto: Irvan Sjafari.

BANDUNG—Selama delapan tahun Dianie Hadyatie hanya seorang karyawati perusahaan Great River di Sukabumi, sementara Sang Suami bekerja di perkebunan setempat.

Suatu ketika sekitar 2010 Sang suami terkena PHK dan mereka harus hijrah ke Kawasan Bandung Barat. Di sini, secara tak sengaja Dianie melihat adik mertua membuat peyek dan dia terinspirasi untuk membuatnya juga.

Dianie kemudian melakukan inovasi peyek yang leber menjadi lebih unik bentuknya dengan modal Rp500 ribu, dengan satu varian.

Ternyata dia mendapatkan banyak permintaan. Bisnisnya kemudian berkembang hingga ia membuat 16 varian peyek, ada yang rasa peyek rebon, peyek rawit, bayam, kenikir, beluntas, surawung, binahong, jamur tiram, jamur kuping, pare polos dan sebagainya.

“Omzet awal hanya satu juta rupiah, namun kemudian berkembang menjadi Rp5 juta per bulan pada 2018. Tiga tahun kemudian menjadi Rp10 juta per bulan. Alhamdullilah, pada 2018 bisa meraup Rp50 juta per bulan,” ungkap Dianie ketika ditemui Peluang disebuah pameran di ICE, Serpong, Tangerang Selatan beberapa waktu lalu.

Dari jumlah omzet, awalnya sebesar 60% untuk keperluan modal. Namun kini jumlah itu cukup seimbang sebesar 50-50%.

Ketika ditanya mengapa brand yang digunakan Nusasari, ia menjawab, singkatan dari nama empat anaknya, Nanda, Sarah, Safitri dan Putri.

Peyek yang dibuatnya dijual dengan harga Rp15.000, harga reseller. Dianie menggunakan penjualan dengan cara daring (online), hingga konsinyasi di berbagai toko, termasuk di kawasan Floating Market, Lembang dan rest area sebagai camilan oleh-oleh. Kini dia mempunyai 5 pegawai dan 2 tenaga lepas untuk mengerjakan produksi peyeknya.

Berbicara soal suka duka, Dianie dihadapkan dengan beberapa kendala, yaitu terkait tempat usaha yang ia miliki di Desa
Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, yang masih sempit sehingga menyulitkan proses produksi.

Selain itu,ia mengaku kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk memproduksi barang.

peyek bayam-Foto Istimewa.

“Ke depan saya berencana mempunyai tempat yang lebih baik. Saya ingin mempunyai rumah distribusi pelatihan bagi ibu-ibu rumah tangga agar bisa menjadi pengusaha,” ujar dia, seraya mengatakan, ia tidak pelit untuk membagi ilmu (Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini
octa investama berjangka