BANDUNG—Saya suka cokelat. Ketika saya masih sekolah saya menghabiskan uang jajan untuk membeli cokelat. Sampai suatu ketika, telapak tangan saya merah dan gatal. Dokter memvonis cokelat penyebabnya. Tetapi alergi terhadap cokelat tidak menghentikan saya menyukai cokelat. Saya semakin menggemari cokelat.
Saya kira hampir semua orang suka cokelat, karena bisa dikonsumsi dalam kondisi apa pun. Kudapan ini bukan makanan musiman.
Saya membagi kesukaan saya pada cokelat kepada orang lain. Demikian Amelia Herlinda Devita, 32 tahun mengungkapkan filosofinya terhadap cokelat. Akhirnya terpikir oleh Amel, demikian panggilannya untuk memulai bisnis.
“Modal awalnya hanya pas-pasan banget karena habis bangkrut dari usaha sebelumnya. Modal awal saya hanya Rp500 ribu rupiah. Itu pun pinjam sama teman,” tutur alumni Fakultas Seni Rupa ITB ini ketika dihubungi Peluang beberapa waktu lalu.
Pada November 2011, Amel ini mulai menjual cokelat kiloan. Kemudian perempuan kelahiran Jakarta, 26 Februari 1986 menjual cokelat cokelat karakter seperti cokelat selamat ulang tahun.
“Saat itu baru saya saja sendiri yang buat belum ada yang membantu. Saya mengerjakan produksi di rumah. Untuk pemasaran dari awal saya sudah menjual via daring (online) mulai dari BBM, Kaskus, multiply. Berlanjut ke facebook, instagram,” tutur Amel.
Sambutan pasar lumayan. Dengan modal awal 500 ribu rupiah itu, pada bulan pertama ia mendapat omzet Rp1 jutaan.
Kemudian Amel melihat buku resep, terjun ke pasar untuk melangkah lebih jauh bagi mereka yang menggemari cokelat: Bagaimana bisa makan cokelat tanpa harus “belepotan”. Dengan sedikit modifikasi lahirlah “Choco Crust” yang menjadi ciri khas produk Denu Cokelat, brand bisnisnya sejak 2012.
Sambutan pasar luar biasa dalam beberapa tahun Denu Cokelat meraih omzet Rp150 juta. Pada 2015 Amel terpilih sebagai Pemenang ke II Kategori Boga dalam Wirausaha Mandiri 2015 Kategori alumni dan pasca sarjana. Ajang tersebut merupakan kompetisi yang digelar Bank Mandiri untuk mendapatkan pengusaha muda yang tangguh.
“Sampai saat ini segmen pasar Denu Cokelat di usia 16-23 tahun. Sebanyak 70% pelanggan adalah wanita. Sambutannya Alhamdulilah, kadang saya pun tidak menyangka akan se-luar biasa seperti ini,” tutur dia.
Karena mulai banyaknya permintaan Amel mulai kewalahan, tapi memutuskan untuk mengambil pegawai tidak semudah itu. Masih ada perasaan was-was kalau dia tidak bisa membayar upahnya.
“Tapi, saya berpikir lagi kalau kalau saya terus-terusan sendiri saya gabisa memikirkan rencana pengembangan usaha ke depannya. Dan akhirnya saya rekrut satu orang pegawai. Dan saat ini Alhamdulilah sudah ada 15 orang karyawan yang terdiri dari 8 orang bagian kantor, 1 kurir, dan 6 orang bagian produksi,” kata dia.
Amel mengucapkan syukur usahanya menjadi ladang rezeki untuk banyak orang. Meskipun ia juga punya duka, jika ada yang menjiplak produk Denu.
Saat ini lokasi produksi Denu Cokelat, masih di rumahnya di Komplek Sarimas Bandung. Denu belum memiliki gerai resmi pribadi. hanya untuk produk-produk Denu Cokelat sudah bisa ditemui di hampir di semua toko oleh-oleh, dan beberapa swalayan ternama di Kota Bandung.
Untuk harga jual saat ini mulai 10 ribu- 64 ribu rupiah. Saat ini ada 18 Varian tidak hanya Choco Crust, ada juga cokelat bar, Minuman serbuk cokelat, dan selai. Yang paling best seller masih tetap varian choco crust
Saat ini sudah bertambah jumlah reseller yang terdaftar sekitar 4000 orang. Agen yang aktif 30 orang yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Untuk pemasarannya sudah setahunterakhir ini mulai merambah pasar offline. Omzet saat ini rata-rata dua ratus juta rupiah per bulannya.
Amelia dan Tim Denu Cokelat-Foto: Dokumentasi pribadi.“Rencana ke depan, kami akan lebih memperbanyak pemasaran offline agar lebih banyak masyarakat yg mengenal Denu Cokelat,” pungkas Amel (Irvan Sjafari).