BANDUNG—-Hidup seperti roda berputar. Kadang kala berada di atas,kadang kala berada di bawah. Yang penting hidup adalah perjuangan. Wahyudi, warga Kota Bandung memahami hal itu. Ketika pada 2010 usaha awal yang dijalankan kolaps, dia sempat bingung kalau ingin jadi karyawan sudah terbentur usia, sedangkan kebutuhan hidup seperti makan terus berlanjut.
Pria kelahiran Bandung 23 September 1967 kemudian bangkit ketika seorang kawannya memperlihatkan aksesoris peniti . Dia mencoba membuatnya dan akhirnya bisa dan menjual pada kawan dan keluarganya.
“Sampai saya dikenalkan ke toko yang menjual aksesoris. Dari situ saya mulai berusaha membuat model yang bisa diminati pasar. Alhmdulilah aksesoris yang saya buat diterima. Sambil saya mencari jati diri buat memantapkan aksesoris, saya mulai mengenal kerajinan aksesoris dari pamera-pameran yang sering digelar,” papar Wahyudi.
Wahyudi belajar tidak kenal lelah dari bawah lagi, termasuk bertanya pada orang yang ekspert bagaimana membuat aksesoris yang “tampil beda”, serta laku laku di pasar.
Akhirnya pada 2013 alumni sebuah sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Bandung ini memantapkan diri berwirausaha aksesoris. Ciri khas aksesoris kreasi Wahyudi terletak pada lilitannya.
Salah satu produk RY Craft, bahan kain dari dob dengan batunya jenis agathe. Platnya dari tembaga bakar coran-Foto: Dokumentasi Pribadi.Dengan Brand RY Craft (inisial R dari nama isterinya Reni dan Yudi dari namanya), Wahyudi membuat varian aksesoris yang berbeda dan umumnya bernuansa etnik disukai kaum perempuan.
Aksesorisnya semuanya dibuat dengan tangan (handmade) dan berbeda-beda satu dengan yang lain. Ketekunan ini membuat produk R & Y kompetitif.
“Aksesoris produk dijual dari kisaran 25 ribu rupiah sampai Rp1.5 juta. Omzet naik turun sulit saya ungkapkan. Yang jelas cukup buat keseharian saya dan keluarga. Saya tidak punya karyawan, aksesoris dibuat oleh saya, isteri saya dan kadang anak saya,” ucap alumni SMAN 8 Bandung ini.
Hingga kini Wahyudi mengatakan, usaha yang dijalankan masih stabil dan bertahan. Dia berharap pemerintah membantu pelatihan kerajinan, karena para perajin umumnya kurang mendapat wawasan dan peralatan yang mendukung.
Salah satu produk RY Craft. Bahannya terbuat dari mutiara dan cangkang mutiara. Lilitanya kawat rosegold tembaga. Dibandrol Rp750.000“Kami juga dibantu mendapat pemasaran,paling tidak setahun, sehingga kami bisa mendapatkan modal yang cukup untuk bisa mandiri. Saya juga melihat kebijakan pemotongan pajak 0.5% lumayan membantu para perajin UKM, sayangnya omzet saya hingga saat ini belum mencapai satu miliar per tahun,” tutupnya (Irvan Sjafari).