BANDUNG-–Memasak itu menyenangkan dan tidak susah. Demikian ungkapan yang diyakini Gladies Karina Putri. Sejak masih remaja lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung bukan hanya gemar memasak tetapi juga berbagi resep melalui media sosial, di antaranya menekuni pembuatan kue.
Pada 2009 Gladies melanjutkan pendidikan ke Adminitrasi Hotel. Namun ia kemudian menjadi presenter dan reporter sebuah televisi lokal di Bandung, kemudian pindah ke B Channel di Jakarta.Perempuan kelahiran 25 Februari 1988 tidak lupa membawa oven dan kompornya.
Rupanya dunia kuliner akhirnya memikat Gladies. Pada November 2013 dengan modal Rp300 ribu dia mulai membuat kue cake. Ternyata produknya banyak diminati.
“Melihat kesungguhan saya orangtua akhirnya meminjamkan uang Rp 4 juta untuk mengembangkan usahanya. Hasilnya? Dari kerja keras saya mendapat omzet Rp7-8 juta. Jelas lebih besar dari menjadi pegawai,” kenang Gladies.
Salah satu produk Dapoer Gladies-Foto: Dokumentasi Dapoer Gladies.Gladies kemudian mengembangkan usaha penjualan brownies panggang, yang menurut dia lebih tahan lama dibandingkan brownies kukus. Usaha itu dimulainya dari garasi di bilangan rumahnya di Margahayu, Bandung, dengan naik turun angkot membeli bahan. Gladies melakukan penjualan secara daring (online), di mana pemesan bayar dimuka.
Gladies menyadari bahwa pemain brownies-apalagi di Kota Bandung-banyak. Yang membedakan ialah racikannya. Itu menjadi keunggulannya. Pesanan mula-mula hanya berjumlah delapan kotak seminggu. Lama-lama, bertambah hingga lebih dari 1.000 kotak dalam sebulan.
“Awalnya brownies yang saya tawarkan orisinal dulu. Kemudian saya menambahkan varian toping dari cokelat toblerone, nutella, keju, stroberi, hingga biskuit hingga sekarang mencapai 30 varian,” tutur Gladies kepada Peluang, beberapa waktu lalu.
Beberapa waktu lalu saya pernah mencicipi produk brownies dari racikan Gladies. Dari sana saya tahu inovasi yang dilakukan mojang Bandung, ini yaitu terasa ada campuran cokelat batangan, biskuit dan selai cokelat.
Yang menjadi inovasi dia adalah resep komposisi telur, tepung dan sejumlah bahan tersebut hingga membuat nama Dapur Gladies menjadi brand tersendiri. Ini yang saya fahami sebagai bagian ekonomi kreatif.
Kini Dapoer Gladies mempunyai dua cabang, yaitu di Bandung dengan 6 karyawan dan di Jakarta, sebanyak 3 karyawan. Selain melayani pemesanan secara daring, Dapoer Gladies juga melakukan penjualan secara offline bekerja sama dengan Madinah Cake.
Brownies per kotak dijual Rp75 ribu untuk orisinal, hingga Rp80 ribu hingga Rp120.000 bergantung toppingnya. Gladies menyebut jumlah omzetnya sebulan, tetapi dia mengatakan, dari jumlah omzet itu hanya 30 persen marginnya. Sisanya untuk bahan, sewa toko dan gaji karyawan.
“Pesanan meningkat menjelang Ramadan ini. Para pemesan datang dari berbagai kota besar seluruh Indonesia. Adanya ojek online mempermudah distribusi pemesannya. Dulu sebelum ada ojek daring, kami menggunakan kurir,” kata dia.
Dapoer Gladies contoh UKM Kreatif dari Bandung yang memahami era digital. Followernya di Instagram maupun Twitter puluhan ribu. Gladies juga kerap diundang sebagai pembicara dalam talkshow kewirausahaan (Irvan Sjafari).