DEPOK—Sejak berdirinya pada 2005, UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI sudah mempunyai 234 mitra binaan dan 544 peserta binaan UKM di kawasan Jabodetabek. Fokus sasaran pemberdayaan adalah usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi usaha mikro dan kecil yang sudah berjalan dan usaha mikro dan kecil pemula.
Menurut juru bicara UKM Center FEB UI Dewi Sukma Anggriyani untuk Mitra Binaan, lembaga melakukan beberapa hal, di antaranya membantu menyalurkan dana CSR BUMN, berupa pinjaman sebesar Rp2 hingga Rp200 juta untuk permodalan, dengan rata-rata pinjaman Rp10 juta per bulan.
“Pinjaman ini dikenakan bunga enam persen flat dan dikembalikan dengan diangsur sampai dua tahun. Dalam setahun sebanyak 70 UKM mendapatkan pinjaman permodalan,” ujar Marketing and Public Relation UKM Center FEB UI ini ketika ditemui Peluang, Selasa (7/8/2018).
Dara kelahiran 1994 juga menyebutkan, UKM Center FEB UI juga mengadakan pelatihan untuk UKM yang menjadi Mitra Binaan, misalnya yang pernah dilakukan dengan menggandeng perusahan belanja online Sophee dengan sasaran, produk UKM Mitra Binaan bisa masuk catalog Sophee.
“Selain ini kami juga mengadakan klinik bisnis untuk mencari solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi UKM, seperti bagaimana mendapatkan SDM yang andal. Kegiatan Klinik Bisnis ini menghadirkan dosen-dosen dari FEB UI sendiri yang juga menjalankan usaha,” kata Dewi.
Namun yang terpenting kehadiran UKM center FEB UI ini membuktikan cibiran di kalangan tertentu bahwa yang namanya Fakultas Ekonomi di UI itu identik dengan kapitalisme, neo liberalisme dan sejenis ini.
“Dulu kami bahkan dijuluki Mafia Barkeley. Dengan hadirnya UKM Center kami buktikan kami peduli pada grass root,” cetus Dewi.
Masalah Dihadapi UKM
Data yang dihimpun UKM Center FEB UI mengungkapkan, umumnya UKM bergerak di bidang yang disebut Batik mengacu pada fashion, Kripik mengacu pada kuliner dan Akik mengacu pada kerajinan.
Dewi yang juga menjadi peneliti di lembaganya mengatakan, ada berbagai masalah yang menghambat UKM untuk naik kelas walau pun peluang itu ada. Misalnya saja UKM untuk fashion sebetulnya mempunyai kelebihan dapat membuat produksi yang unik dan berbeda, namun kerap kapasitas produksinya tidak bisa memenuhi permintaan pasar dalam waktu yang diminta.
“Tidak mengherankan produk yang ada di situs belanja online Sophee sebanyak 60% adalah produk impor,” imbuh alumni Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan FEB UI ini lagi.
Ada jalan lain misalnya sejumlah UKM yang sejenis bersinergi, salah satu menjadi coordinator. Namun cara ini menghadapi salah yaitu quality control. Apakah produk pesanan yang dikerjakan suatu UKM bisa sama dengan UKM yang lain.
Saat ini India dan China punya model memberdayakan UKM. India menggunakan cara community base, misalnya sebuah perkampungan kumpuh dibina untuk memanfaatkan limbah karet untuk menjadi ban.
Sementara Tiongkok membuat sistem cluster. Misalnya untuk membuat suatu produk ponsel, satu kampung membuat chasingnya, kampung lain membuat baut-bautnya, yang lain membuat softwarenya hingga Tiongkok bisa membuat produksi ponsel secara masal.
UKM Center FEB UI mempunyai cita-cita memberdayakan UKM naik kelas. Untuk itu bantuan yang akan diberikan keuangan, teknologi dan pemasaran. Untuk pemasaran lembaga ini membantu mengenalkan produk UKM Binaan di media sosial termasuk di situs UKM Center kami.
Dewi memberikan contoh UKM Binaan adalah yang djalankan Ibu Syariah, seorang mantan pembantu rumah tangga yang hanya tamat kelas II SD. Usaha awal kripik rumput laut yang dijalankan perempuan setengah baya ini bangkrut karena berbagai faktor.
UKM Center melakukan pembinaan terhdap Ibu Syariah sejak beberapa tahun lalu menjalankan usaha minuman Sari Lemon dengan brand Sheila Fresh. Usaha ini kemudian berkembang mempunyai omzet sekitar Rp350 juta per bulan.
Kegiatan Bedah UKM-Foto: Dokumentasi UKM Center FEB UI.Namun hanya satu di antara ribuan UKM yang bisa naik kelas, karena berbagai masalah yang disebut di atas. Hal lain yang harus dihadapi adalah tidak ada data yang valid dan selalu update berkaitan dengan UKM.
Irvan Sjafari