Difasilitasi Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, tata kelola usaha ritel di kalangan koperasi diefektifkan. Minang Mart dilibatkan untuk berbagi pengalaman manajerial.
ANGIN segar bertiup di kalangan koperasi di Sumbar yang punya usaha ritel (waserda, warung serba ada). Gua peningkatan pengelolaannya, Minang Mart dilibatkan. Wujudnya, sharing pengetahuan. Melalui Balai Diklat Koperasi (Balatkop) Sumbar, Dinas Koperasi dan UKM Sumbar menggelar pelatihan. Kloter pertama acara itu berlangsung 22-25 Oktober.
Pelatihan angkatan pertama disusul angkatan kedua, di pengujung bulan, melibatkan 40 peserta perwakilan koperasi se-Sumatera Barat. Tenaga pengajar umumnya dari manajemen Minang Mart. Di antara materi pelatihan terpenting adalah pengelolaan cashflow yang akurat. Salah satu titik lemah dalam tata kelola koperasi ini coba debenahi. Dengan sentuhan ala Minang Mart—program populis Gubernur Irwan Prayitno—optimisme koperasi bisa terdorong lebih maju, tangguh dan mandiri.
Selama ini, belanja di ritel koperasi kurang dilirik anggota. Tak sedikit anggota koperasi mengeluhkan harga jual koperasi yang tidak kompetitif, karena lebih mahal. Alhasil, wajar saja jika anggota memilih belanja ke grosir. Mengapa harga-harga di koperasi ritel kurang bersaing (dibanding harga di pasaran)? Soalnya, koperasi hanya bermain di hilir. Mereka umumnya memperoleh pasokan komoditas dari agen setempat/terdekat.
Minang Mart diharap dapat meningkatkan posisi tawar waserda ini. “Terutama mereka yang belum mampu berhubungan langsung dengan grosir atau main dealer,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Zirma Yusri. Minang Mart hadir menjembatani antara ritel koperasi dan distributor bahkan pabrik. Dalam posisi inilah, pengelola waserda yang hadir dalam bimbingan teknis usaha ritel koperasi berharap Minang Mart memperpendek mata rantai tata niaga komoditas.
“Kita terus meningkatkan perhatian dengan memberi pelatihan-pelatihan demi peningkatan kinerja,” kata Zirma Yusri. Dalam posisi yang tak lagi tergantung pada agen setem/patterdekat, berbelanja di waserda koperasi mendapat dua keuntungan. Yakni, item tertentu sangat mungkin harganya bisa lebih rendah. Majunya usaha ritel koperasi niscaya menguntungkan anggota, karena ada SHU yang bakal mereka peroleh sekali setahun.
Lebih jauh, ide-ide yang digagas dan dibicarakan di dalam pelatihan hendaknya ditindaklanjuti dengan kerja sama berupa perluasan jaringan. “Kalau bisa, (koperasi) bahkan membuka Minang Mart. Modal bisa dibantu Bank Nagari,” kata Kepala UPTK Balatkop Sumbar, Desmadi Idrus, yang akrab dipanggil Didit.
Selain pelatihan untuk entitas koperasi, UPTD Balatkop Sumbar juga menyelenggarakan pelatihan untuk para pelaku UKM. Di antaranya, pelatihan pengolahan pangan berbasis umbi-umbian dan pisang bagi UKM di Sikakap, Kab Kepulauan Mentawai, 17-21 Oktober. Mentawai punya bahan baku yang melimpah, tapi hampir tak memiliki kuliner andalan. Setiap hari bertruk-truk umbi-umbian dan pisang diangkut dari sana. Jika masyarakat Mentawai bisa mengolahnya, mereka akan menikmati nilai jual yang lebih bagus.
Peserta berbagai pelatihan tersebut ditargetkan bisa terus saling bersinergi. Setidaknya, dalam kerja sama tim, pelaku UKM di Kab Mentawai bisa memproduksi. Toh mereka tidak dilepas begitu saja pascapelatihan. Tenaga pendamping UKM akan terus mendampingi agar pelaku usaha makin berkembang. Dinas KUKM menyiapkan tiga enaga pendamping untuk kabupaten ini, yang akan terus mendampingi UKM binaan. (yyn/ed)