hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Tingkatkan Potensi dan Edukasi UMKM, Cempaka Foundation Resmikan ALC dan Rumah Maggot

Peluang, Jakarta – Cempaka Foundation bersama PT Cargill Indonesia menggagas program Agropreneurship Learning Community (ALC) . Program tersebut, merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis potensi agroforestri dan sumber daya pedesaan lainnya.

Direktur Cempaka Foundation, Sarifudin Lathif menyampaikan, bahwa program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat pedesaan untuk mengelola potensi ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan dengan pendekatan manajemen bisnis yang baik.

Ia menjelaskan, program ini banyak produk olahan telah dihasilkan, seperti olahan kopi, buah, bambu, tanaman herbal, dan olahan lainnya. Tidak hanya sebagai program pengelolaan sumber daya alam, ALC juga dibentuk untuk mengedukasi masyarakat sekitar agar bisa belajar mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Kemudian, hasil tanam dan ternak mereka akan diolah oleh UMKM masyarakat setempat menjadi produk olahan bernilai jual.

“Cempaka Foundation sebagai satu lembaga yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Pasuruan mencoba untuk membangun kolaborasi dan menyediakan fasilitas pusat edukasi yang kita sebut sebagai Agropreneurship Learning Community, yang mana pusat edukasi ini tidak berupa sekolah atau perguruan tinggi, tetapi kita akan mendorong pembelajaran tentang pelestarian hutan, pengelolaan sumber daya alam di masyarakat,” ucap  Sarifudin di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Dia merinci, ada enam UMKM binaan di Desa Dayurejo yang ditetapkan sebagai pusat pembelajaran pengelolaan hasil hutan, diantaranya pertama, UMKM Kopi Sukmojati. Yaitu produsen biji kopi, kopi kemasan, dan jasa roasting biji kopi. Kedua, UMKM Kripik BUSAMI: Produsen kripik olahan buah pisang, nangka, singkong, dan talas.

Selanjutnya ketiga, UMKM Sumber Langgeng: Produsen bibit tanaman buah dan kayu keras. Keempat, UMKM Herbal Siti Inggil: Produsen minuman herbal olahan jahe, kunyit, temulawak, dan olahan herbal lainnya. Keempat, UMKM Rekso Alam, produsen olahan bambu menjadi tusuk sate dan kerajinan bambu. Terakhir kelima, UMKM Cempaka Farm, yakni produsen telur ayam dan ulat maggot sebagai pakan ternak alternatif.

Seiring itu, Kabid II Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, Syahnur Indra menambahkan, UMKM yang telah dibina sangat bagus sekali buat pembekalan dalam menjalankan bisnis usahanya.

“Artinya memang ini yang kita perlukan. Pemerintah tidak bisa sendirian dalam mengedukasi dan mengarahkan masyarakat untuk  bisa memanfaatkan sampah, maka datangnya Agropreneurship Learning Community ini sangat kita dukung dan sangat kita perlukan,” ujar Indra, Sapaan akrabnya.

Adapun peresmian lainnya, yakni salah satu wirausaha yang dikembangkan dalam program ALC, yaitu Rumah Maggot Terpadu. Rumah Maggot Terpadu membudidayakan ulat maggot yang berasal dari lalat Black Soldier Flies.

Perwakilan PT Sorini Agro Asia Corporindo (Cargill), Gilang Muzammil mengatakan, terobosan ini muncul atas permasalahan sampah organik di pedesaan yang terbuang begitu saja. Menurut penelitian yang dilakukan Cempaka Foundation, sampah rumah tangga mengandung 65% sampah organik. Jumlah tersebut akan bertambah menjadi 85% jika ada acara besar dilaksanakan di desa.

Ia menjelaskan, ulat-ulat yang dibudidayakan memakan sampah-sampah organik masyarakat sekitar, jadi budidaya ulat maggot bisa mengatasi permasalahan sampah organik. Selain itu, ulat maggot dapat dijadikan pakan ternak alternatif ramah lingkungan yang bernilai jual. Jadi, tidak hanya menjadi solusi pengelolaan sampah organik, budidaya ulat maggot juga dapat bernilai ekonomi.

“Ini potensinya sangat luar biasa, sampah domestik dan organik yang dihasilkan oleh rumah tangga akhirnya tidak terbuang sia-sia. Ibarat kalau ada kelapa, (kelapa tersebut) masih bisa diperas terus dan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Sampah organik dimakan maggot, maggot dijadikan pakan ternak, pakan ternak dijual, seperti itu terus siklus berputar sehingga ada perputaran ekonomi di lingkungan sekitar. Jika ekonomi sudah berjalan, masyarakat bisa berdaya,” ucap Gilang.

Peresmian tersebut, turut dihadiri beberapa stakeholder seperti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, PT Cargill Indonesia, PT Sorini Agro Asia Corporindo, PT HM Sampoerna Tbk, PT. Indolakto, Maggot Center Pasuruan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Dayurejo, Suwayuwo dan Bulukandang, Kelompok Tani Hutan Sukmojati, dan perangkat desa setempat. Empat UMKM masyarakat Dayurejo juga hadir untuk memperlihatkan produk olahan mereka, diantaranya UKM Kopi Sukmojati, UKM Kripik BUSAMI, UKM Herbal Siti Inggil, dan UKM Rekso Alam. (alb)

pasang iklan di sini