Peluang News, Jakarta – Laporan keuangan konsolidasian Maybank Indonesia yang dipublikasikan pada 21 Februari 2025 mengungkapkan hingga akhir 2024 bank tersebut berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp1,6 triliun.
Capaian itu melanjutkan trend pertumbuhan pada kuartal sebelumnya, dimana laba sebelum pajak pada triwulan IV/2024 mencapai Rp755 miliar, naik 34,5% dari Rp562 miliar pada Triwulan III/2024.
Demikian juga, Laba sebelum Pajak triwulan IV/2024 naik 8,1% dibandingkan dengan Laba sebelum Pajak triwulan IV/2023 yaitu sebesar Rp699 miliar.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengatakan bank tersebut telah menutup tahun 2024 dengan prospek yang menjanjikan, ditandai dengan pertumbuhan kredit yang sehat di seluruh segmen inti.
Dia meyakini pertumbuhan tersebut membuka jalan bagi momentum pertumbuhan yang lebih kuat ke depan.
“Profitabilitas Bank tetap menjadi fokus untuk tahun mendatang, dengan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam menjaga kualitas serta pengelolaan aset,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Peluang pada Jumat (21 Februari).
Steffano mengungkapkan upaya berkesinambungan Maybank Indonesia untuk memperkuat posisinya kembali di segmen nonritel tercermin dari pertumbuhan signifikan pada portofolio pembiayaan Komersial dan UKM.
Demikian pula dengan pembiayaan Korporasi telah mendorong pertumbuhan yang kuat dan berkontribusi terhadap pendapatan Bank.
Per 31 Desember 2024, Maybank Indonesia membukukan pertumbuhan kredit sebesar 10% di seluruh segmen inti menjadi Rp127,58 triliun pada 31 Desember 2024. Sementara itu, kredit segmen non-ritel Community Financial Services (CFS) naik 19,7% secara year-on-year menjadi Rp36,87 triliun, didorong oleh pertumbuhan kredit komersial Business Banking sebesar 25,0%, kredit Usaha Kecil Menengah (SME+) sebesar 22,4% serta kredit segmen Retail SME sebesar 14,1%.
Kredit segmen ritel CFS tumbuh 5,8% menjadi Rp46,00 triliun dari Rp43,47 triliun ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan otomotif anak usaha sebesar 5,9%, KPR sebesar 4,7%, serta bisnis ritel kartu kredit dan KTA sebesar 11,3%.
Kredit korporasi yang disalurkan Maybank Indonesia juga tumbuh 7,2% menjadi Rp44,71 triliun.
Pada periode yang sama, Maybank Indonesia juga mampu memacu pendapatan fee-based yang tumbuh 5,8% menjadi Rp2,15 triliun, ditopang oleh pendapatan fees dari asset recovery yang dibukukan hampir dua kali lipat, serta kontribusi dari bisnis pembiayaan otomotif roda dua anak usaha dan pendapatan biaya terkait layanan Premier banking.
Di sisi mobilisasi dana pihak ketiga, simpanan Nasabah bank tersebut naik tipis 3,0% menjadi Rp119,00 triliun, didorong pertumbuhan CASA sebesar 6,6% terdiri dari Giro yang tumbuh 10,8% dan Tabungan tumbuh sebesar 0,3%.
“Pertumbuhan CASA ini sejalan dengan strategi Bank dalam mengelola biaya dana yang efisien serta berkelanjutan,” ujar Steffano.