
Peluang News, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, hingga penghujung 2024, defisit APBN diprediksi mencapai Rp 609,7 triliun atau setara 2,7% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Angka tersebut lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam APBN, yakni defisit sebesar Rp 522,8 triliun atau setara 2,29% terhadap PDB.
“Ini artinya terjadi kenaikan defisit,” kata Menkeu dalam rapat kerja Banggar DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/7/2024).
Sri Mulyani memproyeksikan defisit APBN tahun ini akan lebih besar dari target yang telah ditetapkan,
seiring dengan pendapatan negara yang diproyeksi tidak mencapai target. Ini dipicu oleh sebagian besar pos pendapatan negara yang diprediksi tidak mencapai target.
Sumber utama pendapatan negara yaitu penerimaan pajak, diproyeksi mencapai Rp 1.921,9 triliun hingga akhir tahun ini. Angka ini setara dengan 96% dari target yang ditetapkan, yakni Rp 1.988,9 triliun.
Selain itu, setoran yang berasal dari bea dan cukai diproyeksi sebesar Rp 296,5 triliun. Nilai ini setara dengan 92,4% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 286,3 triliun.
Sementara itu, setoran yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) diproyeksi mencapai Rp 549,1 triliun.
Angka ini sebenarnya 111,6% dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 492 triliun. Namun demikian, angka proyeksi itu turun 10,4% dari tahun lalu yang mencapai Rp 612,5 triliun.
“Kenaikan defisit Rp 80,8 triliun adalah kombinasi dari pendapatan negara yang tadi mengalami koreksi atau tidak mencapai target, maupun kontraksi yang besar dari PNBP,” kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, belanja negara diproyeksi melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dan tumbuh pesat secara tahunan.
Belanja negara hingga akhir tahun diproyeksi mencapai Rp 3.412,2 triliun, setara 102,6% dari target, serta tumbuh 9,3% secara tahunan.
Dengan demikian, keseimbangan primer atau selisih pendapatan dan belanja negara tanpa menghitung belanja utang diproyeksi mengalami defisit sebesar Rp 110,8 triliun.
Hal tersebut jauh lebih dalam dari defisit keseimbangan primer yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2024 yaitu sebesar Rp 25,5 triliun.[]