hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Sinergi BRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani Potensi Jaring 29 Nasabah Ultra Mikro

JAKARTA—Direktur Utama BRI Sunarso optimis bahwa sinergi dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani berpotensi menjaring 29 juta nasabah ultra mikro (UMi) pada 2024. Tanpa holding, jumlah itu lebih sedikit sekitar 5 juta nasabah.

“Inisiatif utama pembentukan holding UMi adalah untuk membentuk ekosistem secara sistematis. Lebih luas lagi, peran holding adalah memperluas jangkauan, memperdalam layanan, dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan,” ujar Sunarso dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (18/3/21).

Berdasarkan data, BRI akan memberikan kontribusi sebanyak 11 juta UMi, atau naik dari sebelumnya 3,5 juta karena dampak sinergi. Pegadaian akan ada 5 juta nasabah UMi, atau bertambah satu juta nasabah karena dampak sinergi. Dari PNM akan ada sekitar 15 juta nasabah, bertambah 1 juta nasabah UMi.

Dari data itu, jumlah nasabah UMi yang dijaring memang mencapai 31 juta. Namun demikian, pihaknya turut memproyeksi terdapat sekitar dua juta nasabah memiliki pinjaman di lebih dari satu entitas antara BRI, Pegadaian, maupun PNM.

Dikatakan Sunars, sinergi yang dilakukan bakal memperkuat bisnis dari Pegadaian dan PNM. Hal itu memungkinkan melalui mekanisme penurunan biaya dana (cost of fund/CoF) dan penurunan biaya operasional.

Pendanaan kedua entitas itu akan lebih banyak disetorkan oleh BRI sebagai entitas utama. Sumber pendanaan bisa berasal dari dana pihak ketiga (DPK), penerbitan instrumen oleh BRI, atau kombinasi dari kedua sumber itu.

Selain itu, biaya operasional dari Pegadaian dan PNM juga bisa dipangkas karena kedua entitas itu tidak lagi perlu mengeluarkan banyak dana untuk investasi infrastruktur. Investasi hanya dilakukan pada satu wadah untuk digunakan atau dimanfaatkan bersama.

Sementara terlepas dari bisnis, menurut Sunarso, sinergi yang pada akhirnya membentuk ekosistem itu turut mempercepat capaian inklusi keuangan di posisi 90%, dibandingkan posisi survei terakhir di kisaran 70%.

Sunarso menerangkan, model bisnis dari holding akan dibagi sesuai akar bisnis masing-masing entitas. Pertama bagi PNM, bertugas untuk menjaring nasabah dengan kategori unbankable.

Jika tugas itu tuntas, maka nasabah pun dapat mengakses alternatif pembiayaan seperti kolateral based maupun lewat Produk Pegadaian. Lebih lanjut, nasabah yang bisa meningkatkan performa bisnisnya dengan baik atau bisa masuk dalam kategori naik kelas akan dilayani oleh BRI.

Nasabah dengan karakteristik tersebut tidak lagi harus membawa barangnya untuk mendapatkan pembiayaan dari pegadaian, pihak BRI akan langsung memeriksa proyeksi arus kas UMi.

Proses UMi naik kelas dapat terpantau dengan sistematis dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan. Kebijakan menyalurkan pembiayaan juga akan lebih terukur dengan adanya integrasi data.

“Integrasi entitas tetap mempertahankan fokus core masing-masing perusahaan, tapi kemudian disambung dan diikat pada ekosistem ini. Sehingga proses naik kelas dan akuisisi bisa lebih terstruktur,”  papar dia.

Pangsa pasar holding mencapai 57 UMi, dengan sebanyak sekitar 30 juta diantaranya memang sama sekali belum memiliki akses pembiayaan. Kemudian, 80% sisanya sudah mendapatkan akses pembiayaan tapi masih membutuhkan dana lebih.

Sementara sisanya, baru sebesar 20% UMi yang sudah mendapatkan pendanaan yang cukup. Kehadiran holding untuk mempercepat akses bagi UMi terbilang mendesak. Dari riset tahun 2018 itu juga, diketahui masih terdapat 5 orang UMi yang mengandalkan dana dari rentenir, bahkan bunga pinjamannya disebut mulai dari 100-500%.

pasang iklan di sini