Saham-saham emiten di sektor kesehatan sempat terbang selepas UU Kesehatan baru disahkan. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sebagian kembali longsor per 8 September 2023, bahkan harganya lebih rendah dari penutupan perdagangan akhir tahun lalu.

Setelah pro-kontra yang cukup menyita perhatian publik, akhirnya DPR ketok palu mengesahkan Omnibus Law RUU Kesehatan menjadi UU Kesehatan pada 11 Juli 2023. Ini menandakan babak baru dalam pengelolaan sistem kesehatan di Indonesia.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengklaim, UU Kesehatan akan berdampak baik dalam tata kelola sistem kesehatan. “Dari nakes yang kurang menjadi cukup dan merata, pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan produksi pemerataan dokter dan dokter spesialis,” ungkap Menkes beberapa waktu lalu.
Selain itu, nantinya perizinan dari yang rumit menjadi lebih mudah seperti STR seumur hidup. Dalam UU Kesehatan baru itu, jika ada nakes yang terlibat tindakan pidana, bakal melalui pemeriksaan majelis terlebih dulu.
Menanggapi pengesahan UU Kesehatan baru itu, PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) masih mempertanyakan beberapa hal seperti keberpihakan pemerintah terhadap kesehatan masyarakat dan perlindungan terhadap tenaga kesehatan.
“Apakah memang konsep transformasi kesehatan, keberpihakan terhadap kesehatan rakyat Indonesia, keberpihakan terkait dengan kemandirian kesehatan, termasuk juga keberpihakan terkait dengan SDM tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam negeri. Apakah itu sudah tercermin di dalam undang-undang ini?” tanya ketua umum PB IDI, Adib Khumaidi dalam rilis persnya.
Kegusaran IDI itu tidak lepas dari dihilangkannya alokasi kesehatan yang diwajibkan di APBN dan APBD. Hal itu dinilainya sebagai cerminan bentuk kurangnya tanggung jawab pemerintah untuk menjamin dan memberi perlindungan kesehatan bagi warga.
“Apalagi dengan hilangnya mandatory spending, komitmen negara baik itu pusat maupun daerah, itu berarti masyarakat rakyat secara kuantitas tidak mendapatkan kepastian hukum di dalam aspek pembiayaan kesehatan,” pungkasnya.
Selain penolakan dari PB IDI, dua fraksi di DPR yaitu Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga menolak pengesahan Omnibus Kesehatan tersebut. Salah satunya disebabkan hilangnya mandatory spending yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.
Terlepas dari pro kontra tersebut, Omnibus Kesehatan memberikan sentimen positif bagi saham-saham emiten kesehatan. Pada perdagangan 11 Juli 2023 atau sesaat setelah disahkannya UU Kesehatan baru, Saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) melonjak sebesar 9,89% ke Rp2.000/saham, dengan nilai transaksi Rp35,31 miliar.
Selain itu, saham PT Bundamedik Tbk (BMHS), operator grup RS Bunda melonjak 5,03% ke level Rp376/saham, rebound dari koreksi sebesar 1,10% satu hari sebelumnya.
Saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), pemilik dan operator RS Hermina dan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) juga terapresiasi masing-masing sebesar 3,94% dan 2,94%. Saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga tidak mau ketinggalan ikut naik sebesar 1,92%.
Omnibus Kesehatan juga memberikan sentimen positif pada saham PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) yang naik sebesar 4,98% ke Rp5.800/saham. Sementara saham PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) tercatat naik volumenya menjadi 1.147.200 dibanding hari sebelumnya sebanyak 241.000.
Namun demikian, terlihat Omnibus Kesehatan belum bisa mengangkat harga saham emiten kesehatan seperti pada awal tahun. Setidaknya hal itu tergambar pada pergerakan harga saham periode tahun berjalan per 8 September 2023.
Ambil contoh, saham MIKA, operator RS Mitra Keluarga Group yang ditutup di harga Rp2.900/saham, turun sebesar 9,1% dari Rp3.190/saham pada 30 Desember 2022. Begitu pula dengan saham RS Bunda sebesar 12,1%. Terlebih saham-saham pendukung industri kesehatan seperti produsen masker yang ambrol hampir setengah dari harga penutupan akhir tahun lalu.

Profil Singkat Emiten Sektor Kesehatan
PT Itama Ranoraya Tbk (Kode Saham: IRRA)
Perseroan didirikan pada 30 November 1988 dan memulai bisnisnya di bidang alat kesehatan sejak awal 2000-an dan mulai fokus menjalankan bisnis alat kesehatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) pada 2017. Perusahaan ini telah bermitra dengan produsen-produsen alat Kesehatan ternama di dunia seperti Oneject, Abbott, Terumo, BD (Becton Dickinson), HMD, Vestfrost, Balmed, iGene, Medtronic, dan produsen ternama lainnya. Sampai dengan akhir 2022, memiliki 123 jaringan distribusi (subdistributor) yang menjangkau pelanggan di seluruh wilayah Indonesia.
PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (Kode Saham: MEDS)
Perusahaan ini didirikan pada 31 Desember 2010 dengan kegiatan usaha bergerak di industri dan perdagangan, berupa industri barang plastik dan lainnya, industri peralatan kedokteran dan kedokteran gigi, dan perlengkapan lainnya, serta industri non woven. Adapun produk utama yang diproduksi adalah masker Evo Plusmed. Perseroan terus mengembangkan berbagai varian baru, seperti masker Duckbill, masker KN95, masker KF94, serta produk lainnya seperti bounffant cap dan sarung tangan.
PT Multi Medika Internasional Tbk (Kode Saham: MMIX)
Perusahaan didirikan pada 28 November 2020. Produk MMI berkembang dari produk medis menjadi produk perawatan pribadi, kecantikan dan akan terus menyediakan produk higienis lainnya.
PT Jayamas Medica Industri Tbk (Kode Saham: OMED)
Perusahaan yang didirikan oleh Dr. Jemmy Hartanto di Sidoarjo, Jawa Timur pada 2000 ini merupakan produsen peralatan medis bermerek OneMed. Produk OneMed memiliki 6 kategori mulai dari Medical Disposables & Consumable, Antiseptic and Dialysis, Diagnostic & Equipments, Waking Aids & Rehabilitation Care, Biotechnology & Laboratory, dan Hospital Furnitures dan produk medis konsumen lainnya.
PT Bundamedik Tbk (Kode Saham: BMHS)
PT Bundamedik Tbk didirikan pada 13 April 1978. Perusahaan ini merupakan penyedia layanan kesehatan yang memiliki teknologi kedokteran modern dalam jaringan RS Bunda, RS Wanita dan Anak AZ Zahra, BIC Pacific Place & BIC Vida Bekasi, Morula IVF (In Vitro Fertilization) Indonesia, Diagnos (Laboratorium), Bunda Global Pharma, Emergency Response (ER), Bunda Diklat Indonesia, IRSI (Ilmu Reproduksi Indonesia Institute), Prima Dental, Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) dan Daima Norwood Menteng.
PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (Kode Saham: CARE)
Perusahaan yang didirikan pada 7 Oktober 2015 ini awalnya bernama PT Aruna Anjaya Perkasa. Saat ini mengelola rumah sakit yang tergabung dalam Metro Hospital Grup yang memiliki dan mengoperasikan 7 rumah sakit yang tersebar di beberapa daerah. Ke depannya CARE akan mengembangkan layanan kesehatan berbasis teknologi dan training center.
PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (Kode Saham: DGNS)
Laboratorium Diagnos yang didirikan pada 29 Agustus 2007 ini merupakan bagian dari BMHS (Bundamedik Healthcare System). Fasilitas yang dimiliki antara lain laboratorium klinik, laboratorium genomic, layanan homecare, pemeriksaan SARS-COV-2, dan panel pemeriksaan.
PT Medikaloka Hermina Tbk (Kode Saham: HEAL)
Hermina lahir sebagai organisasi nirlaba pada tahun 1985 dengan dibukanya rumah sakit bersalin yang pertama, yang kemudian ditingkatkan menjadi rumah sakit ibu dan anak pada 1989. Selanjutnya, pada 1999, status Perseroan berubah dari organisasi nirlaba menjadi korporasi, PT Medikaloka Hermina.
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (Kode Saham: MIKA)
Perseroan secara resmi menjadi badan hukum pada 1995 dengan nama PT Calida Ekaprana, sebelum menggunakan nama yang berlaku saat ini, PT Mitra Keluarga Karyasehat pada 2014. Pada Maret 2015, Mitra Keluarga menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
PT Murni Sadar Tbk
Perusahaan yang berkantor pusat di Medan ini bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan dan memiliki rumah sakit pertama bernama Murni Teguh Memorial Hospital.
PT Famon Awal Bros Sedaya TBK (Kode Saham: PRAY)
Perusahaan didirikan pada 1997 dengan nama PT Famon Global Raya, dan kemudian, pada 2016, berganti nama menjadi PT Famon Awal Bros Sedaya yang mengeloa brand rumah sakit Primaya. Selanjutnya, pada 8 November 2022, Perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia. Grup Primaya Hospital menargetkan segmen kelas menengah ke atas.
PT Prodia Widyahusada Tbk (Kode Saham: PRDA)
Prodia sebagai perusahaan yang bergerak di laboratorium klinik swasta melantai di BEI pada 7 Desember 2016 dengan menawarkan saham sebanyak 187,5 juta saham. Per 31 Desember 2022, Prodia telah menjangkau 75 kota dan 79 kabupaten di 34 provinsi di seluruh Indonesia dengan total 276 jejaring outlet yang meliputi Klinik Khusus sebanyak 11 outlet, Clinical Lab & Medical Lab sebanyak 141 outlet, Point of Care (POC/POC CC) 113 outlet, dan Lab kerja sama rumah sakit sebanyak 11 outlet.
PT Royal Prima Tbk (Kode Saham: PRIM)
Perseroan didirikan pada 4 Juni 2013. Sampai akhir 2022, jaringan royal prima mengelola 3 rumah sakit, 1.600 kapasitas tempat tidur, dan 227 spesialis dan dokter gigi.
PT Charlie Hospital Semarang Tbk (Kode Saham: RSCH)
Perusahaan yang berkantor di Kendal Jawa Tengah ini baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada 28 Agustus 2023.
PT Kedoya Adyaraya Tbk (Kode Saham: RSGK)
Perusahaan ini merupakan operator RS Grha Kedoya dan RS Grha MM2100. Rumah Sakit Grha Kedoya adalah rumah sakit swasta di Jakarta Barat dengan lebih dari 20 layanan spesialis medis dan kapasitas 200 tempat tidur. Rumah Sakit Grha MM2100 adalah rumah sakit baru yang terletak di Bekasi, Jawa Barat.
PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (Kode Saham: SAME)
Memperoleh pengesahan sebagai badan hukum pada 25 Februari 1985. Pada 2012, Perseroan kemudian mengubah status perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka dengan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 11 Januari 2013. Sampai 2022, perusahaan memiliki dan mengelola 8 rumah sakit dengan brand EMC.
PT Siloam International Hospitals Tbk (Kode Saham: SILO)
Perseroan mengoperasikan 41 rumah sakit berteknologi canggih, di mana 15 rumah sakit berada di wilayah Jabodetabek dan 26 rumah sakit lainnya berada di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara.
PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (Kode Saham: SRAJ)
Perseroan merupakan bagian dari Mayapada Group dan mengelola jaringan rumah sakit bertaraf nasional dengan nama Mayapada Hospital. Sampai akhir 2022, terdapat 5 Mayapada Hospitals yang tersebar di beberapa kota.
PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)
PT Tempo Scan Pacific Tbk dibentuk melalui proses restrukturisasi pada 1991 dan semula bernama PT Scanchemie yang pada 1970 memulai kegiatan produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan perjalanan waktu, Perseroan melalui entitas anaknya memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.