Ilustrasi-Foto: Turbas.
JAKARTA—-Selama semester pertama 2020, industri pengelolahan kakao mampu menyumbang devisa sebesar 549 juta dolar. Jumlah ini meningkat sebesar 5,13 persen dibanding perode sama 2019.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan sebanyak 80 persen produksi industri pengolahan kakao memang ditujukan untuk pasar ekspor.
“Pada 2019, produk kakao olahan menyumbang nilai ekspor lebih dari USD1,01 miliar,” ungkap Agus Gumiwang pada Peresmian Pasuruan Cocoa Technical Centre Mondelez International yang dilakukan secara virtual, Rabu (7/10/20).
Saat ini industri pengolahan kakao telah mampu memproduksi beragam varian, seperti cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter dan cocoa powder.
Produk kakao olahan yang utama diekspor adalah produk cocoa butter yang tersebar ke negara tujuan utama ekspor seperti Amerika Serikat, Belanda, India, Estonia, Jerman dan Tiongkok.
Lanjut Agus, industri pengelolahan kakao tinggal memacu kin erjanya sehingga bisa semakin kompetitif di kancah global.
“Kami juga berupaya memperluas akses pasar bagi produk olahan kakao, serta mendorong inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan kegiatan riset,” paparnya.
Agus optimistis, industri pengolahan kakao di tanah air bisa berkembang baik karena didukung potensi Indonesia sebagai pengolah biji kakao nomor tiga di dunia dengan total kapasitas terpasang mencapai 800 ribu ton per tahun dari 13 perusahaan.
“Industri pengolahan kakao Indonesia berada di peringkat ke-3 terbesar di dunia setelah Belanda dan Pantai Gading,” ungkapnya.
Potensi lainnya, menurut laporan International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton.
Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 sebagai negara produsen biji kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Equador, Nigeria dan Kamerun.
Dengan karakteristik biji kakao asal Indonesia yang memiliki titik leleh tinggi dan kaya kandungan lemak, industri pengolahan kakao dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi dari segi rasa, aroma, bahkan manfaat kesehatan.
“Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku secara intensif, antara lain lewat pendampingan dari para ahli budidaya kakao,” ujar Menperin.
Karena itu, Kemenperin menyambut baik dengan didirikannya Cocoa Technical Centre oleh Mondelez International di Pasuruan, Jawa Timur dengan luas 5 hektar dan nilai investasi mencapai 13 juta dolar.
“Kami juga memberikan apresiasi bahwa sejak tahun 2013 PT Mondelez telah berperan aktif melalui program cocoa life yang telah memberdayakan lebih dari 43.000 petani kakao di 4 provinsi (8 kabupaten) di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kakao,” ujar dia.
Menperin berharap, kehadiran Cocoa Technical Centre Mondelez Internasional yang ke–12 di dunia ini dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi pertanian kakao yang inovatif, efektif dan ramah lingkungan sehingga produktivitas dan kualitias kakao Indonesia meningkat.