BERGEN—Sudah saatnya pengelola museum di Indonesia menggunakan teknologi digital untuk mempromosikan sekaligus menyajikan apa yang ada di museum itu. Cara ini sudah menjadi tuntutan zaman kekinian untuk menjadikan museum sebagai obyek wisata.
Museolog yang pernah bekerja di Museum Travel dan Turisme Norwegia. Safrini Malahayati mengatakan pada zaman now ini semua terhubung dengan gadget. Koleksi-koleksi yang ada di museum disajikan secara virtual dengan ditambahkan cerita terkait koleksi itu.
“Jadi menurut saya, bukan masalah koleksi yang nggak nambah-nambah, tapi bisa dicoba dulu metode penyajian koleksi, pameran dengan pendekatan baru, penyebaran informasi dengan cara kekinian,” ujar peraih magister Museologi, Universitas Oslo ini kepada Peluang, melalui media sosial Facebook, Rabu (27/5/20).
Setiap minggu, pihak museum bisa mengunggah satu benda koleksi di website atau kanal sosmednya. Pengelola menyampaikan cerita menarik dari koleksi berdasarkan riset dapat menggugah keingintahuan pengunjung baru.
“Untuk tetap dikunjungi, berbagai program dan kegiatan relevan juga penting disiapkan. Misalnya, pameran keliling untuk menjangkau kelompok masyarakat lebih luas tak terkecuali anak-anak, pameran temporer dengan tema aktual dan relevan,” papar peraih sarjana dari jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UI ini.
Aktivitas yang digelar untuk menarik kelompok pengunjung tertentu. Dengan ini, museum bisa memaksimalkan fungsi edukatifnya sebagai tempat belajar yang asik di luar ruang kelas, selain sebagai tempat berekreaksi.
“Tentunya setiap museum punya tema dan daya tarik sendiri, Iya, namun kreativitas dan kerja sama menurutku penting untuk menampilkan daya pikat museum, tentu ini erat kaitannya dengan pengelola maupun managemen museum yang baik,” tutur dia.
Safrini menyebut, di Norwegia, museum-museum berjalan dalam jaringan dan kerangka kerja di bawah Departemen Budaya.
“Program disiapkan dan evaluasinya selalu selalu jadi acuan untuk tahun ke depan lebih baik,” tutup dia (Irvan Sjafari).