Peluangnews, Jakarta – Dengan adanya perlambatan ekonomi global dan seiring dampak tingginya ketidakpastian keuangan global, sehingga hal itu membuat nilai Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,26% terhadap dolar AS di angka Rp15.320/US$ pada perdagangan hari ini, Senin (21/8) kemarin. Bahkan dihari ini, Selasa (22/8) Rupiah kembali menyentuh dilevel Rp15.300/US$ dan berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan Jumat lalu yang berada di angka Rp15.280/US$.
Ketidakpastian global meningkat setelah rilis data risalah Federal Open Market Committee (FOMC) AS pekan lalu serta kasus Evergrande di China.
Risalah FOMC mengisyaratkan adanya potensi bahwa AS akan bersikap hawkish untuk mengatasi naiknya inflasi AS masih ada. Imbasnya terlihat pada imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun sempat mendekati level tertingginya sejak 2007 pada Kamis lalu ke level 4,30%.
Pada hari ini terlihat imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun tercatat di angka 4,28%. Indeks dolar AS juga menguat tajam ke 103,33 yang menjadi posisi tertingginya sejak Juni 2023.
Penguatan dolar ini menandai investor tengah memburu dolar dan melepas investor dari negara lain, seperti rupiah.
Beralih ke dalam negeri, pada Selasa (22/8), Bank Indonesia (BI) merilis laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2023 mencatat defisit USD 7,4 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tetap tinggi sebesar USD 137,5 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2023 tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keteranganya, Selasa (22/8/2023).
Sebagai catatan, NPI mencatat surplus USD 6,5 miliar sementara transaksi berjalan surplus sebesar USD 3,0 miliar atau 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2023.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, BI memperkirakan NPI yang positif diprakirakan berlanjut, didukung transaksi berjalan yang diperkirakan terjaga sehat dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB pada 2023.
Pergerakan transaksi berjalan dan NPI akan sangat berdampak kepada nilai tukar rupiah. Pasalnya, NPI akan mencerminkan seberapa besar kekuatan ekspor serta arus modal asing yang masuk. Hal itu akan menentukan besaran pasokan dolar serta cadangan devisa yang akan memperkuat rupiah. (alb)