Jakarta (Peluang) : Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai rupiah masih terpuruk melawan dolar AS pada perdagangan hari ini Selasa (11/10/2022). Di perdagangan pasar spot, mata uang garuda tersebut melemah hingga 0,18 persen menjadi Rp 15.345 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, nilai tukar rupiah dalam perdagangan hari ini, Selasa, 11 Oktober 2022, dibuka fluktuatif. Namun kurs rupiah diperkirakan bakal ditutup melemah di rentang Rp 15.300 hingga Rp 15.360 per dolar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin, 10 Oktober 2022, ditutup melemah 68 poin. Rupiah sempat turun 70 poin di level Rp. 15.319 dari level Rp15.251 per dolar AS.
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya pergerakan indeks dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Pergerakan terjadi setelah laporan pekerjaan AS yang kuat memberi The Federal Reserve (The Fed) beberapa alasan untuk melunakkan retorika hawkish-nya.
“Khawatiran atas ketidakstabilan geopolitik di Eropa dan Asia mendorong perdagangan safe haven ke dolar,” kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (11/10/2022).
Berdasarkan data departemen tenaga kerja AS, nonfarm payrolls naik lebih dari yang diharapkan pada September 2022. Sementara angka pengangguran juga turun dari Agustus 2022.
Menurutnya, laporan tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap tangguh dan memberi The Fed cukup ruang untuk terus mengetatkan kebijakan dengan tajam sebagai strategi memerangi inflasi.
“Adapun mayoritas atau 81 persen pasar memperkirakan bank sentral bakal menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bulan depan,” ujar Ibrahim.
Selain itu, lanjutnya, ada kekhawatiran eskalasi dalam perang Rusia dan Ukraina tumbuh setelah ledakan jembatan kunci antara Rusia dan Krimea, di mana Presiden Vladimir Putin menyalahkan Ukraina.
Ketegangan di semenanjung Korea juga meningkat setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada Minggu lalu, menyusul latihan militer AS di wilayah tersebut.
“Di sisi itu, pasar menunggu data inflasi IHK AS pada bulan September yang diharapkan menjadi faktor dalam rencana pengetatan kebijakan Fed,” kata Ibrahim.
Alhasil tegas dia, angka inflasi yang kini lebih kuat dari perkiraan pada Agustus 2022 telah mengguncang pasar dan mendorong nilai tukar dolar.
Sedangkan di dalam negeri, pergerakan nilai tukar rupiah terpengaruh oleh upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga kestabilan harga, serta memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Diharapkan bantuan sosial (Bansos) dapat menguatkan konsumsi dalam negeri serta mengantisipasi datangnya krisis ekonomi global.
Apalagi ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dalam negeri. Tentu hal ini dapat dipertahankan dengan menjaga daya beli masyarakat.
Kendati demikian, menurut Ibrahim, tantangan ekonomi global diprediksi akan semakin berat ke depan dan bakal mempengaruhi fluktuasi rupiah.
Maka itu, ia menyarankan ada keseimbangan anggaran alokasi bansos dengan pengelolaan yang tepat sasaran.
“Ini harus diimbangi dengan alokasi bansos di APBN 2023 mendatang, karena strategi pemberian bansos oleh pemerintah akan sangat berguna dalam menjaga daya beli masyarakat,” kata Ibrahim.
Selain itu, menurutnya, pemerintah juga perlu terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera mengantisipasi apabila terjadi lonjakan harga.