Peluang News, Jakarta — Menteri Ketenagakerjaan Yassierli memperkenalkan program School to Work Transition yang dirancang untuk mempermudah transisi lulusan sekolah ke dunia kerja.
Program ini akan digulirkan secara nasional melalui kerja sama lintas kementerian dan lembaga.
“Program ini merupakan integrasi pelatihan dan pemagangan berskala nasional yang bertujuan menekan angka pengangguran muda,” kata Yassierli dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (5/5/2025).
Yassierli menegaskan, sasaran utama program adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena kelompok usia 19–24 tahun tercatat sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi.
“Data menunjukkan lulusan SMK memiliki proporsi pengangguran terbesar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya,” ujarnya.
Ia juga menyoroti terjadinya ketidaksesuaian antara jurusan pendidikan dengan kebutuhan industri yang menyebabkan beberapa jurusan memiliki tingkat pengangguran di atas rata-rata.
Menurut Yassierli, program ini akan memprioritaskan pengembangan keterampilan masa depan, seperti elektronika industri, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI).
“Kita juga akan integrasikan pelatihan soft skill, bahasa asing, dan kewirausahaan agar lebih relevan dengan kebutuhan industri,” tuturnya.
Program School to Work Transition akan diselenggarakan secara masif dengan skema hybrid, memanfaatkan 303 Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah dan 2.421 Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) swasta.
“Program ini akan diorkestrasi oleh Kemnaker dan dilaksanakan di seluruh jaringan pelatihan yang ada,” kata Yassierli.
Tema prioritas yang diusung dalam program meliputi smart operation, smart creative IT skills, agroforestry, dan green jobs. Yassierli menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian agar program dapat berjalan optimal.
“Kita ingin tema-tema ini menjadi unggulan pelatihan kami tahun ini. Dan kami membutuhkan kerja sama juga dengan lintas kementerian untuk bisa mengeksekusi ini,” pungkasnya.